UBAH SAMPAH MENJADI RUPIAH DAN BERKAH

Adi

Updated on:

UBAH SAMPAH MENJADI RUPIAH DAN BERKAH
Direktur Utama Jangkar Goups

Green Economy atau ekonomi hijau harus segera kita lakukan dengan cara ubah sampah menjadi rupiah dan berkah. Semenjak presiden menaikan harga bbm tanggal 3 september 2023 maka dampaknya sangat besar di tengah geliat ekonomi rakyat yang baru saja menghadapi pandemi covid. Seperti kita ketahui, harga telur ayam juga meroket dan tertinggi sepanjang sejarah NKRI. Contoh surat Permission Letter dan Willingness Letter

 

Sudah saatnya kita memikirkan bersama bagaimana ketahanan pangan untuk bangsa kita sendiri. Tidak mustahil harga pur pabrik sebagai pakan instan untuk peternakan, perikanan dan perkebunan akan berdampak terhadap pegiat ekonomi.

 

 

Ubah sampah menjadi rupiah dan berkah

Banyak peternak lele, ayam pedaging, ayam petelur dan dunia tambak terkena dampak harga pakan meroket. Bagi pengusaha kaya, mungkin tidak masalah membeli pur pabrikan dan menaikan harga panen.

 

Akan tetapi bagi peternak yang ekonomi lemah, bisa jadi dia akan menutup usahanya dikarenakan tidak mampu membeli pakan yang melonjak tinggi. Begitu pula dengan tambak ikan juga banyak yang mengurangi jumlah kolam budidaya ikan dikarenakan harga panen juga masih belum stabil dikarenakan semua harga bergerak naik.

 

Sudah saatnya kita menggerakan integrated farming dengan memadukan antara sistem pertanian, perikanan dan perkebunan secara organik, ramah lingkungan dan biaya murah dengan budidaya maggot.

 

BSF dalam Ubah sampah menjadi rupiah dan berkah

Salah satu upaya untuk memberikan pakan alternatif terhadap perikanan dan unggas adalah dengan budidaya magot. Budidaya ini sudah banyak di lakukan oleh pegiat lingkungan tapi tidak banyak perhatian dari dinas lingkungan hidup dan kebersihan di tiap kabupaten.

 

Tidak ada pembinaan maupun pendampingan terhadap budidaya magot dan lalat Black Soldier Fly (BSF). Padahal peran mereka terhadap lingkungan sangat besar dikarenakan ikut mengurai sampah organik. Jika saja dana CSR atau dana alokasi rutin sampah di tiap kabupaten di berdayakan untuk budidaya magot, maka solusi sampah organik bisa di atasi. Dampak lingkungan terhadap bau sampah pun bisa di kurangi.

 

Dana Alokasi Dinas Lingkungan Hidup Demi ubah sampah menjadi rupiah dan berkah

Setiap kabupaten pasti memiliki dana retribusi sampah dan anggarannya Milyaran rupiah pertahun. Dinas pasar memungut iuran kebersihan ke setiap pedagang pasar. Dinas pasar membayar biaya upah buang sampah ke mobil dinas lingkungan hidup. Pemerintah Daerah juga mengalokasikan anggaran untuk membeli alat berat, mobil pengangkut sampah ke tempat pembuangan ahir, membeli solar, menggaji karyawan dan pemeliharaan angkutan maupun biaya lainnya.

 

 

Masalah sampah adalah masalah kita bersama dan harus kita selesaikan dengan bijak. Selama ini peran dinas lingkungan hidup hanya memindahkan sampah dari pasar ke Tempat Pembuangan Ahir (TPA) kemudian mengubur sampah tersebut tanpa ada solusi lainnya. Belum lagi adanya rebutan dana solar, dana pemeliharaan angkutan, pengadaan barang dan jasa serta mafia sampah lainnya yang enggan untuk mengelola sampah dengan baik. Duit rakyat milyaran rupiah tiap tahun di bakar dan di timbun begitu saja.

 

Green Economy untuk ubah sampah menjadi rupiah dan berkah

Jika saja ada niat baik dari bupati dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) ada niat baik untuk melakukan green economy atau mengubah sampah jadi rupiah maka ada penghematan milyaran rupiah di sektor penanganan sampah kota. Penghematan tersebut bisa di alokasikan untuk anggaran lainnya seperti bidang kesehatan, infrastruktur, pendidikan dan lain sebagainya. Bagaimana cara menghemat anggaran dinas lingkungan hidup ?

  8 Cаrа Bіѕnіѕ Tаnра Mоdаl Sереѕеrрun Tаnра Rеѕіkо

 

 

Caranya adalah dengan mengatur tata kelola sampah dengan dinas pasar. Jumlah sampah terbesar dari pasar adalah sampah organik sebesar 60-70 persen. Pedagang pasar harus di berikan edukasi untuk memisahkan sampah organik dengan sampah non organik. Begitu pula dengan petugas retribusi pasar harus memisahkan antara sampah organik dengan sampah non organik. Mobil angkutan pun harus di bedakan antara angkutan sampah organik dengan sampah non organik sehingga sampah tidak bercampur di atas bak mobil angkutan sampah.

 

Sampah Organik Buah Buahan Untuk Pakan Magot untuk ubah sampah menjadi rupiah

Selama ini Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R) banyak yang tutup dikarenakan tidak ada pemasukan dana untuk membayar pegiat sampah, kalaupun ada maka dana retribusi tidak seberapa. Alangkah lebih bagusnya jika TPS3R bisa di maksimalkan untuk mengikuti pelatihan budidaya magot sebagai pengurai sampah organik.

 

Asosiasi Budidaya Magot Lalat BSF mengejar target ubah sampah menjadi rupiah

Selama ini para peternak magot berjalan sendiri-sendiri dan mencari pasar sendiri. Mulai dari cari sampah sendiri, mencacah sampah sendiri, Memberi pakan magot sendiri dan kebingungan mencari pembeli ketika waktu panen. Pemerintah harus turun tangan mempertemukan para peternak magot dan mendiskusikan masalah apa saja yang dirasakan oleh para budidaya magot selama ini.

 

 

Setelah itu dibuatkan wadah asosiasi untuk budidaya magot dan dibuatkan akta pendirian yayasan sehingga mereka bisa legal dan bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah maupun dari dana Corporate Social Responsibility (CSR). Jika sudah terbentuk asosiasi di tingkat kabupaten dan tiap kecamatan bisa mengirimkan anggotanya sehingga ada perwakilan di tingkat kecamatan.

 

Peternakan Maggot BSF Untuk Mengatasi Masalah Sampah Organik demi ubah sampah menjadi rupiah

Selain itu di perlukan satu pendamping yang ahli dibidang budidaya magot sehingga satu pendamping bisa menangani lima kecamatan. Tugas satu pendamping ini memberikan edukasi dan pelatihan di tingkat kecamatan sehingga desa-desa yang ada di kecamatan tersebut bisa tumbuh budidaya magot. Selain itu tugas pendamping adalah mengatasi permasalahan yang di alami oleh peternak magot, baik dari segi ilmu budidaya maupun ilmu pemasaran hasil budidaya secara digital marketing.

 

 

Jika BUMDes turut serta mengelola sampah organik maupun non organik, maka dapat di pastikan masalah sampah sudah selesai di tingkat desa. Masalah sampah organik sudah bisa dijadikan pakan magot, masalah sampah plastik bisa dijual ke pengepul atau jika punya modal besar, bisa di konversikan menjadi Bahan Bakar minyak (BBM). Masalah terbesar adalah sampah organik yang menimbulkan bau menyengat karena proses pembusukan.

 

Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar berperan aktif ubah sampah menjadi rupiah

Ketika asosiasi para peternak magot terbentuk secara resmi dan berbadan hukum maka dinas pasar bisa bekerjasama dengan asosiasi tersebut sehingga masalah sampah organik bisa di kirim ke tempat pengelolaan sampah organik di tiap TPS3R tiap kecamatan atau langsung di kirim ke tempat pengolahan sampah organik (TPSO) yang akan di kelola oleh asosiasi. Mobil dinas lingkungan hidup bisa di pakai untuk mengirimkan sampah organik ke TPSO atau TPS3R sehingga sampah organik tidak tercampur dengan sampah non organik.

 

 

Konsep ubah sampah menjadi rupiah

Sampah yang masih baru, tidak akan menimbulkan bau. Setelah sampah sampai di TPSO atau di TPS3R maka tugas selanjutnya adalah mengubah sampah tersebut menjadi bubur sampah dengan cara di giling menggunakan mesin pencacah sampah organik. Bubur sampah inilah yang di distribusikan ke tiap anggota asosiasi magot dengan menggunakan angkutan asosiasi. Asosiasi bisa menjual bubur sampah ini ke anggotanya atau bisa di potong ketika anggotanya setor hasil budidaya magot.

 

 

Para pembudidaya magot tidak perlu lagi keluar ongkos untuk membeli sampah pasar, membayar upah angkutan dari pasar kerumah serta tidak perlu lagi membayar biaya cacah sampah ataupun fermentasi limbah sampah organik. Bubur sampah tersebut bisa langsung di masukan ke biopon dan langsung di santap oleh para magot. Efisiensi waktu, budidaya menjadi murah dan mudah.

 

 

Asosiasi juga fokus terhadap turunan produk dari magot seperti membuat tepung magot, menjual kasgot dan lain sebagainya. Sampah sudah terurai dari hulu sehingga tidak perlu lagi tempat pembuangan ahir (TPA). Saat ini di TPA sampah bercampur baur antara sampah organik dan non organik sehingga ketika hujan turun, limbah air hasil pembusukan mencemari lingkungan dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu umur TPA jika ada budidaya magot, akan menjadi lebih panjang atau bisa jadi lahan tersebut bisa di manfaatkan untuk budidaya magot dan konversi sampah menjadi BBM.

  7 Cоntоh Uѕаhа Mоdаl Kесіl Tаnра Mоdаl Bеrѕіfаt Bіѕnіѕ

 

Dinas Pertanian dan Perkebunan Turut Andil Ubah Sampah Menjadi Rupiah

Turun tangan dinas pertanian dan peternakan terhadap kendala pakan pabrikan harus segera di carikan solusinya. Kelangkaan pupuk di setiap musim tanam selalu menjadi masalah dinas pertanian. Selama ini dinas pertanian hanya menunggu kiriman pupuk subsidi yang kadang kala pupuk subsidi ini tidak sampai ke tangan petani.

 

Petani harus di edukasi dengan penggunaan pupuk organik kasgot. Lahan yang sudah tercemar pupuk kimia harus segera di pulihkan dengan pupuk organik, mengembalikan unsur hara sehingga tanaman padi bisa tumbuh subur seperti dulu. Biaya pupuk organik menjadi murah sehingga petani bisa merasakan selisih harga daripada menggunakan pupuk kimia.

 

Peran Dinas Pertanian dan Perkebunan untuk Ubah Sampah Menjadi Rupiah

Peran dinas pertanian dan perkebunan adalah mengedukasi warga untuk memanfaatkan pekarangan untuk di tanami cabe ataupun kebutuhan pangan sehari-hari. Penggunaan kasgot sebagai kompos alami bisa menyedot hasil dari setiap budidaya magot. Pupuk organik kasgot hanya di perlukan 10% dari media tanam untuk hasil yang maksimal. Masyarakat tidak perlu membeli pupuk kimia. Hasil panen cabe pun melimpah dengan menggunakan media kasgot dan hasilnya organik tanpa pestisida.

 

Begitu pula dinas pertanian bisa memberikan ilmu cara budidaya pohon yang bisa di jual contohnya : bibit mangga, bibit duren musang king. Kelompok tani bisa di bina dan diarahkan menggunakan pupuk kompos organik yaitu kasgot. Gerakan ekonomi akan tumbuh karena peternak magot menjadi bergairah karena kasgot bisa di serap pasar di sekitar lingkungan tersebut. Pertanian menjadi murah dan unsur hara di tanah bisa lebih baik. Masyarakat pun lebih murah dan mudah menggunakan pupuk organik kasgot.

 

Taman-taman kota sepanjang jalan juga perlu di berikan pupuk organik kasgot untuk memperbaharui unsur hara. Tidak terbayang jika dinas perkebunan juga mengarahkan masyarakat untuk go green alias memakai pupuk organik. Dinas perkebunan bisa mengkampanyekan pupuk organik kasgot ramah lingkungan. Jika gerakan ini bisa di kampanyekan maka tidak mustahil ekonomi akan berputar di daerah tersebut tanpa perlu uang keluar daerah untuk membeli pupuk kimia. Uang subsidi pupuk pun tidak perlu lagi di korupsi oleh oknum akibat kelangkaan pupuk kimia.

 

Begitu pula dengan sampah plastik, bisa di manfaatkan untuk diubah dan dijadikan pot bunga tematik. Pot bunga bisa di jual ke masyarakat untuk media tanaman cabe ataupun untuk di gunakan produk lainnya. Dinas-dinas lainnya juga bisa membeli pot tanaman untuk di sekitar kantor maupun di taman-taman kota. Gerakan ini tidak mustahil bisa di wujudkan jika ada kemauan dan itikad baik para pemimpin daerah.

 

Dinas Perikanan dan Peternakan demi Ubah Sampah Menjadi Rupiah

Dinas perikanan dan peternakan juga harus aktif mencari solusi terhadap kendala pakan pabrikan yang harganya sudah melambung tinggi. Jangan sampai sektor perikanan dan peternakan gulung tikar karena tidak ada solusi pakan alternatif. Kasus terahir dengan kelangkaan telur ayam dikarenakan peternak ayam petelur tidak mampu membeli pakan pabrik dan mengurangi jumlah budiaya ayamnya.

 

Begitu pula di sisi perikanan air tawar seperti ikan lele yang menghentikan produksi budidaya lele dikarenakan harga pakan tinggi tapi tidak menutup ongkos produksi, bahkan merugi. Jika fress magot maupun tepung magot bisa di jadikan pakan alternatif oleh industri perikanan dan peternakan, tidak mustahil ada penghematan biaya produksi. Banyak testimoni menggunakan magot, mortalitas/angka kematian hewan dan ikan lebih rendah.

 

Magot yang di berikan kepada lele, tidak menimbulkan bau dikarenakan magot yang mati tenggelam akan mengambang dan di makan sama lele sehingga tidak menimbulkan gas amoniak yang bisa membunuh lele. Sirkulasi air pun menjadi baik dikarenakan tidak ada penumpukan sisa pakan pabrikan di dasar kolam. Biaya produksi pakan pun menjadi lebih rendah dan bisa menghemat biaya beli pakan  yang selisihnya sangat tinggi.

  Belajar Bisnis online SB1M Jakarta Utara

 

Pembangunan sarana dan prasarana untuk pembuatan pakan mandiri bisa di lakukan di komunitas budidaya magot. Ketersediaan magot yang konsisten dan berkesinambungan dapat membuat perubahan paradigma karena peternak ikan dan unggas meragukan jumlah magot tidak mencukupi untuk pakan ikan dan unggas. Sementara para peternak magok juga meragukan pasar, setelah produksi magot besar maka pembuangan magot kemana ? Untuk itulah di butuhkan pihak ketiga untuk menampung dan mendistribusikan hasil budidaya magot dalam skala besar.

 

Dinas Pariwisata berpartisipasi Ubah Sampah Menjadi Rupiah

Pariwisata lokal harus di kampanyekan dengan membuat desa tematik. Contohnya :

  1. Desa A khusus membuat bubur sampah dari sampah organik.
  2. Desa B khusus budidaya magot.
  3. Desa C khusus Pengembang biakan lalat BSF.
  4. Desa D khusus Budidaya tanaman hias menggunakan pupuk organik kasgot
  5. Desa E khusus Pembuatan pakan mandiri berbahan dasar magot
  6. Desa F khusus Mengolah sampah plastik menjadi Pot Bunga
  7. Desa G khusus Budidaya tanaman buah-buahan dan petik buah langsung
  8. Desa H khusus Pembuatan tepung magot dan minyak magot
  9. Desa I khusus pembuatan sabun dan kosmetik dari produk magot
  10. Desa J khusus Budidaya ikan lele dengan pakan magot
  11. Desa K khusus budidaya ayam pedaging dan ayam petelur dengan pakan magot
  12. Desa L khusus budidaya burung berkicau dengan pakan magot
  13. Desa M khusus budidaya tanaman cabe dengan pupuk organik kasgot.

 

Desa tematik ini bisa menjadi eduwisata bagi masyarakat di sekitar kita dan harapannya bisa dikunjungi oleh masyarakat di tetangga kabupaten bahwa program ramah lingkungan maupun ekonomi hijau ini bisa berkembang. Masyarakat pasti akan mendukung program yang berbasis ekonomi hijau ini karena kita bersama menjaga kelestarian alam.

 

Dinas Perdagangan, Investasi dan UMKM Menggerakan Ubah Sampah Menjadi Rupiah

Networking dinas perdagangan pasti luas dan database buyer maupun suplier pasti ada. Sebuah ekonomi akan berjalan apabila ada ketersediaan barang dagangan maupun ada buyer. Ketika budida magot berjalan sendiri-sendiri maka hasilnya pun hanya di pergunakan untuk diri sendiri seperti buat pakan ayam ataupun untuk binatang ternak lainnya. Akan tetapi jika semuaya di koordinir maka akan timbul sebuah keyakinan bahwa suplay dan demand itu ada.

 

Saat ini para pembudidaya magot masih underground dan belum ada perhatian dari pihak pemerintah daerah. Padahal kontribusi mereka sangat besar terhadap masalah lingkungan terutama sampah organik yang nilainya 60-70 persen penyumbang sampah daerah. Dengan magot masalah sampah bisa selesai dalam 1 hari menjadi pakan. Sementara sampah organik membutuhkan waktu 3-4 bulan untuk menjadi kompos.

 

Para UMKM hasil budidaya magot bisa di fasilitasi oleh dinas perdagangan dengan cara pameran, penyerapan hasil usaha produk turunan magot, dan promosi dalam bentuk program unggulan daerah. Para budidaya magot pun bisa di edukasi dengan digital marketing atau membuat marketplace daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat daerah maupun pasar export. Tidak mustahil jika dinas perdagangan mau membantu memecahkan solusi terhadap hasil budidaya magot maka pertumbuhan ekonomi akan terjadi di daerah.

 

Tidak mustahil akan hadir investasi pembuatan integrated farming atau pertanian terpadu, satu lahan bisa di bangun untuk kegiatan ekonomi budidaya magot sebagai pakan altenatif, lahan lele dan ayam untuk menyerap fresh magot sebagai pakan alami, lahan pertanian untuk menyerap pupuk organik kasgot (bekas magot) dan lahan pembuatan industri tepung dan minyak magot.

 

Balai Besar Wilayah Sungai Ikut Program Ubah Sampah Menjadi Rupiah

Selama ini BBWS merasa kesulitan untuk membasmi eceng gondok di sungai. Eceng gondok sangat cepat berkembang biak dan menutupi sungai dan menyebabkan sungai menjadi dangkal. Eceng gondok ini bisa di kendalikan dan di basmi oleh peternak magot karena eceng gondok dapat di cacah menjadi bubur untuk dijadikan pakan magot. Jika pegiat magot bekerjasama dengan balai besar wilayah sungai maka tidak mustahil eceng gondok akan di bersihkan dari sungai. Anggaran untuk membersihkan sungai dari eceng bisa di alokasikan untuk pembelian mesin pencacah sampah organik. Sehingga kemitraan BBWS dengan pegiat magot bisa saling menguntungkan.

 

Sungai bisa bersih dari sampah plastik maupun sampah organik, eceng pun bisa menghilang dikarenakan di ambil setiap hari untuk pakan magot. Sungai bisa dijadikan sebagai budidaya keramba ikan air tawar oleh masyarakat di sekitar sungai. Pakan ikan air tawar juga bisa menggunakan fresh maggot sehingga terjadi penyerapan hasil budidaya magot. Minimal rakyat bisa budidaya magot sekaligus budidaya ikan sehingga tidak ada biaya pakan, kalaupun ada maka biaya pakan bisa di tekan dan keuntungannya bisa berlipat ganda dibandingkan dengan membeli pakan pabrikan.

 

Dengan kerjasama yang bagus dengan stakeholder/semua pihak maka kendala budidaya maggot dapat teratasi karena masalah besar dari budidaya magot adalah :

 

  1. Kesulitan mencari pakan sampah organik secara perorangan
  2. Mahalnya biaya transportasi mengambil sampah
  3. Tidak adanya mesin pencacah sampah organik
  4. Takut tidak ada yang menerima hasil budidaya magot
  5. Biaya membuat biopon dan biaya pembelian box plastik sebagai sarana biopon
  6. Tidak tau ilmu budidaya magot karena hanya berdasarkan coba-coba dari hasil menonton youtube saja.
  7. Belum ada perhatian dari pemerintah setempat
Adi

penulis adalah ahli di bidang pengurusan jasa pembuatan visa dan paspor dari tahun 2000 dan sudah memiliki beberapa sertifikasi khusus untuk layanan jasa visa dan paspor