BUDIDAYA MAGOT LALAT BSF DI TPS3R, Sampah adalah musuh kita bersama dan sampah menjadi masalah bagi para pemimpin daerah hingga sekarang dan solusinya adalah membuat budidaya magot lalat bsf di TPS3R. Sampah yang menumpuk membuat situasi tidak bersih, bau dan bikin pusing seluruh pemimpin daerah.
Bagaimana tidak, warga masyarakat selalu protes ke pemerintah dikarenakan banyaknya sampah yang tidak di angkut ke tempat pembuangan sampah terahir. Keterbatasan anggaran daerah dan keterbatasan sarana angkutan untuk membawa sampah dari pasar, dari perumahan, rumah makan, rumah sakit, hotel dan lain sebagainya.
Apa itu TPS3R ?
TPS3R adalah singkatan dari Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle atau sebuah tempat pengolahan sampah dengan menggunakan mesin pencacah sampah organik dan mesin pengayak kompos untuk memisahkan sampah organik dan non organik. Untuk sampah plastik lebih cepat laku di jual kembali ke pengepul plastik. Cuma masalahnya adalah sampah anorganik yang menimbulkan bau menyengat ini tidak mudah untuk di jual kembali ke pengepul sampah. Kalaupun di olah menjadi kompos maka prosesnya menjadi lama dan butuh lahan yang sangat luas.
Proses pengomposan sampah organik dengan proses alami membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan, mengerikan bukan ? Jarang orang yang mau mengolah sampah organik dikarenakan keterbatasan lahan dan baunya yang menyengat. Lagi pula harga kompos tidaklah semenarik harga sampah plastik. Menurut data yang ada di dinas lingkungan hidup, 60 % sampah adalah sampah organik yang berada di tempat pembuangan sampah. Wajar saja jika di TPS bau sampah dikarenakan proses pembusukan sampah organik yang tidak bisa sehari jadi kompos, semuanya butuh waktu.
BUDIDAYA MAGOT LALAT BSF DI TPS3R
Masih banyak pemerintah daerah yang belum menggunakan teknologi biokonversi sebagai sarana yang murah dan mudah untuk mengurai sampah organik. Dinas Lingkungan hidup di kabupaten tidak pernah berinovasi untuk membuat terobosan di bidang sampah organik. Solusi sampah hanyalah di timbun dengan tanah sehingga sampah semakin hari semakin menggunung dan menyebabkan umur tempat pembuangan ahir semakin berkurang. Setelah TPA penuh, pemerintah daerah harus mencarikan lagi lahan yang baru untuk dijadikan tempat pembuangan sampah terahir.
Mencari lahan pembuangan sampah tidaklah mudah dikarenakan banyak demo dari masyarakat yang keberatan wilayahnya di pakai untuk tempat pembuangan sampah di karenakan bau dan bisa menurunkan harga jual tanah di sekitar tempat sampah. Belum lagi masalah klasik yaitu dinas lingkungan hidup tidak mengangkut sampah di lokasi yang sudah di sediakan oleh pemerintah. Banyak kita lihat tempat pembuangan sampah liar di mana-mana dan membuat kesulitan pekerja pembersih sampah. Selalu saja pemerintah di salahkan dikarenakan pola masyarakat yang buang sampah sembarangan.
Apa itu Reduce Reuse Recycle dan Budidaya Magot Lalat BSF ?
Reduce adalah mengurangi atau menghindari penggunaan barang-barang yang menghasilkan sampah. Masyarakat di edukasi untuk tidak menggunakan plastik untuk belanja di supermarket ataupun pasar daerah. Masyarakat di edukasi untuk membawa tas sendiri yang bisa membawa hasil belanja di supermarket/pasar sehingga dapat mengurangi penggunaan kantong plastik. Tujuannya adalah mengurangi jumlah sampah kantong plastik. Cuma masalahnya adalah seberapa banyak sampah kantong plastik ? Sementara penggunaan plastik untuk pembungkus makanan, minuman terus di produksi oleh pabrik ?
PRODUKSI BUDIDAYA MAGOT LALAT BSF DI TPS3R
Reuse adalah menggunakan kembali sampah yang masih bisa di pergunakan/daur ulang. Salah satunya adalah limbah botol plastik bisa di olah kembali menjadi biji plastik dan di cetak untuk digunakan sebagai produksi plastik lainnya. Banyak pemulung di lokasi tempat pembuangan sampah untuk mengais rezeki dengan memungut sampah plastik. Mereka memilah dan memilih sampah plastik yang bisa di jual kembali ke pengepul sampah plastik.
Recycle adalah sebuah proses daur ulang yaitu menggunakan sampah yang sudah terpakai menjadi sebuah produk baru yang bermanfaat dari hasil dari sampah. Recycle ini mampu mengurangi jumlah sampah, namun terbatas pada sampah-sampah tertentu saja. Sampah organik masih tetap teronggok di tempat pembuangan sampah dan menyebabkan bau yang kurang enak karena jarang pemulung membawa pulang sampah organik sehingga sampah terus menggunung.
Solusi Sampah Organik dengan Budidaya Magot Lalat BSF
Pemerintah daerah harus segera membuat inovasi baru di bidang sampah organik. Jika sampah organik di biarkan busuk sendiri maka membutuhkan waktu yang lama dan menimbulkan bau yang luar biasa. Anggaran negara selalu habis untuk menyiapkan armada baru untuk mengangkut dan menimbun sampah. Sudah saatnya pemerintah membuat anggaran untuk pengolahan sampah organik dengan menggunakan belatung/magot yang mudah, murah dan cepat mengurai sampah organik. Segera aktifkan kembali TPS3R untuk mengelola sampah organik dengan membuat budidaya lalat Black Soldier Fly (BSF) lahan yang di gunakan untuk membuat TPS3R sekitar 1.100 M2.
Berikan edukasi ke petugas TPS3R tentang budidaya magot, sehingga sampah bisa di pilah dan di pilih dari TPS3R sebelum sampah di kirim ke tempat pembuangan sampah ahir sehingga beban di TPA bisa di kurangi dan umur TPA tidak cepat penuh sampah. Pemerintah juga bisa mengirit biaya transportasi sampah dari daerah penghasil sampah menuju ke tempah tembuangan sampah ahir. Sebetulnya di kecamatan atau di desa-desa bisa mengelola sampah sendiri sehingga lingkungan menjadi bersih dan hasil sampah plastik maupun sampah organik bisa menjadi sumber ekonomi baru (green economy).
Edukasi Budidaya Magot Lalat BSF
Kita mengenal istilah bank sampah khusus sampah plastik tapi kita belum mempopulerkan bank sampah organik. Jika satu desa menggunakan anggaran badan usaha milik desa (bumdes) bisa mengelola bank sampah plastik sekaligus bank sampah organik, maka masalah sampah bisa cepat di atasi di desa.
Cuma sayangnya potensi ini di pandang sebelah mata dan tidak banyak yang melirik potensi ekonomi sampah. Untuk itulah perlu adanya turun tangan peran pemerintah daerah untuk membuat satu kebijakan untuk mengelola sampah plastik dan sampah organik dengan peraturan daerah maupun instruksi bupati ke dinas lingkungan hidup kabupaten dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) bidang penanganan sampah terutama pelaksanaan kegiatan/operasional pengelolaan sampah regional.
UPTD Pengelola Sampah melalui Budidaya Magot Lalat BSF
Satuan tugas ini harus di tekankan untuk kegiatan green economy yang bisa menjadikan potensi sampah menjadi kegiatan ekonomi baru di daerah sekaligus untuk menangani masalah sampah yang terjadi di tingkat regional. Sudah saatnya anggaran pemerintah daerah di gunakan untuk membangun kegiatan perekonomian di bidang pengelolaan sampah.
Peran pemerintah daerah bisa berupa :
- Membuat Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) minimal di setiap kecamatan
- Memberikan bantuan berupa mesin pencacah sampah dan mesin pengayak kompos di setiap TPST
- Memberikan pelatihan budidaya magot untuk mengurai sampah organik di setiap TPST
- Memberikan bantuan mesin pengolah sampah plastik di setiap TPST
- Membuat desa tematik tentang pengelolaan hasil sampah.
Solusi Pengelolaan Sampah dengan Budidaya Magot Lalat BSF
Jika satu pasar dibuatkan satu unit pengelolaan sampah dengan luas 1.100 M2 maka sampah organik maupun sampah plastik bisa langsung teratasi karena sampah organik masih baru dan belum terlalu bau. Dengan mesin pencacah sampah organik maka akan menghasilkan bubur sampah yang bisa di jadikan pakan magot hari itu juga. Pakan magot itu 4 kali berat tubuh magot, jika 1 kilo magot maka harus disiapkan 4 kilo bubur sampah organik.
Untuk Ukuran 1 meter x 1 meter maka di butuhkan magot sebanyak : 5 gram bibit telur BSF, 1 kuintal bubur sampah. Adapun yang akan di hasilkan dari biopon ukuran 1×1 Meter adalah : 10 Kilogram magot fresh dan 3-4 kilo kasgot (Bekas Magot) yang bisa di gunakan untuk kompos. Untuk pembesaran magot bisa di mulai dari kamar ukuran 3X3 Meter untuk skala RT sehingga sampah rumah tangga bisa langsung terserap di lingkungan RT setempat. Teknisnya adalah TPS3R mengirimkan biopon (kontainer plastik) untuk baby magot ke RT dan RT menampung sampah organik rumah tangga di lingkungannya. Sampah organik rumah tangga bisa langsung di berikan sebagai pakan magot. Masalah sampah sudah bisa teratasi oleh RT setempat.
Jika RT setempat tidak mau mengelola magot, maka di buatlah bank sampah organik untuk menampung semua limbah organik rumah tangga. Bagi masyarakat yang memisahkan sampah organik dan sampah organik di kasih QR Qode sehingga petugas pemungut sampah bisa langsung menginput berapa kilo sampah organik yang di hasilkan oleh satu rumah dan sampah tersebut di kasihkan saldo uang sehingga uang tersebut bisa di belanjakan di warung sekitar RT sehingga ekonomi bisa berputar di sekitar RT.
Tahapan Budidaya Magot Lalat BSF
- Telur magot butuh 7 hari dari mulai di tetaskan sampai siap di pindahkan menjadi baby magot atau larva
- Setelah menjadi larva dipindahkan ke biopon pembesaran sampai 10 hari kedepan dan siap di panen.
- Jika kita ingin menghasilkan prepupa (magot dewasa) yang berubah menjadi hitam dan tidak butuh pakan lagi. Prepupa masih bergerak-gerak.
- Pupa adalah magot hitam yang sudah tidak bergerak, setelah itu bertapa dan berubah menjadi lalat BSF
- Cangkang dari magot yang berubah menjadi lalat namanya citin dan bekas magot/kasgot adalah sisa makanan yang sudah tereduksi dan dikeluarkan lagi sama magot.
Estimasi Biaya Budidaya Magot Lalat BSF
Dengan modal satu kali maka akan menghasilkan uang berkali-kali. Untuk Sekala TPST3R bisa di mulai dari modal :
- Pembelian mesin pencacah sampah organik senilai 60 juta
- Pembelian pengayakan kasgot 20 juta
- Bibit, Sarana dan prasarana 10 juta.
- Bangunan budidaya magot 15 juta
Tugas dari TPS3R adalah pembibitan lalat BSF dan pembuatan pakan bubur sampah organik saja. Untuk hasil telur dan bubur sampah bisa di distribusikan ke plasma/mitra yang ingin budidaya magot. Salah satu kendala dari peternakan magot adalah : sulitnya mencari pakan sampah organik dan mencacah pakan menjadi bubur sampah secara manual dengan tangan. Jika ada yang memberikan fasilitas mesin pencacah sampah, maka budidaya magot akan lancar dikarenakan bubur sampah bisa langsung di tuangkan ke media biopon.
Mesin Pencacah Sampah Organik untuk Budidaya Magot Lalat BSF
Satu mesin pencacah sampah organik di tingkat kecamatan atau di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) menghasilkan bubur sampah dengan kapasitas pengolahan sampah organik 10 ton perjam. Wow sepuluh ton perjam ! Mesin ini sangat luar biasa untuk mengurai sampah organik sisa makan rumah tangga, restaurant, rumah sakit, hotel, sampah pasar dan sampah yang ada di sekeliling lingkungan kita. Sampah yang masih fresh dan tidak berbau bisa langsung di giling dan di berikan makan ke magot sehingga tidak ada bau karena tidak perlu di fermentasi terlebih dahulu. Proses fermentasi membutuhkan waktu dan jika wadah fermentasi bocor, akan menimbulkan bau tidak sedap serta proses fermentasi menjadi gagal.
Bayangkan jika mesin pencacah ini di jalankan selama 5 jam maka ada 50 ton sampah organik yang bisa langsung menjadi bubur tanpa perlu capek mencacah sampah organik dengan menggunakan tangan. Kita bisa mengurangi sampah di tingkat kecamatan sebesar 50 ton perhari, jika satu kabupaten memiliki 30 kecamatan maka sampah organik yang bisa di urai dalam sehari adalah 50 Ton X 30 kecamatan = 1.500 Ton Perhari. Masalah bau sampah organik bisa di atasi dalam 1 hari tanpa perlu proses menimbun sampah organik yang membutuhkan biaya besar. Sampah plastik pun bisa langsung di tangani dan di jual langsung dari tempat pengolahan sampah terpadu di tingkat kecamatan.
Suatu penghematan anggaran daerah karena tidak memerlukan biaya mondar-mandir truk sampah dari lokasi pemungutan sampah sampai ke tempat pembuangan sampah ahir. Anggaran daerah cukup dikeluarkan satu kali saja untuk pembelian mesin pencacah sampah, mesin pengayak bekas magot dan mesin pencacah plastik. Setiap tahun tidak lagi perlu keluar anggaran untuk pengelolaan sampah dan alokasi dana sampah bisa di pergunakan untuk beasiswa bagi pelajar yang berprestasi.
Budidaya Magot Lalat BSF Mengatasi Masalah Sampah Organik
Budidaya magot ini tidak memerlukan banyak biaya jika pemerintah daerah bersungguh-sungguh menangani sampah. Urusan sampah ini menjadi masalah klasik dan tidak bisa diatasi oleh pemimpin daerah yang tidak peduli terhadap sampah. Padahal tingkat kesehatan masyarakat bisa di tentukan dari kebersihan lingkungannya. Cuma sayangnya pemerintah enggan memberikan bantuan kepada pemerhati sampah/pecinta lingkungan dan budidaya magot karena pemerintah memandang sebelah mata terhadap sampah.
Begitupula peran dana CSR dari perusahaan yang masih sangat jarang di kucurkan untuk budidaya magot dan pengelolaan sampah. Padahal sampah adalah musuh kita bersama, lingkungan bersih akan membuat kita nyaman tinggal di lokasi yang sehat dan tanpa polusi bau sampah. Budidaya magot sangat mudah dan murah. Pengeluaran yang paling besar hanyalah satu kali untuk membangun kandang lalat BSF dan Biopon. Setelah terjadi satu siklus dari telur sampai keluar lalat baru, maka tidak ada lagi dana yang di butuhkan karena pakan sampah organik sangat banyak dan melimpah di lingkungan kita.
Lalat Black Soldief Fly adalah lalat yang sangat aman dan ramah lingkungan karena tidak menimbulkan/membawa penyakit. Lalat BSF ini sungguh sangat unik karena umurnya sangat cepat. Ketika sang jantan sudah melakukan perkawinan maka lalat jantan tersebut mati dan sang betina ketika sudah bertelur maka lalat betina tersebut mati. Telur-telur yang menempel di kayu kemudian di ambil untuk di tetaskan menjadi larva/baby magot.
JASA BUDIDAYA MAGOT LALAT BSF DI TPS3R
Pemerintah daerah bisa melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai budidaya magot karena budidaya lalat bsf ini bisa mengurangi sampah organik 100% dan hasil dari bekas magot bisa di jadikan pupuk untuk tanaman organik. Kita bisa menghilangkan ketergantungan pupuk anorganik yang di buat oleh pabrik pupuk kimia. Tanah menjadi subur tanpa perlu di racuni oleh zat-zat kimia yang di kandung oleh pupuk anorganik. Kualitas tanaman pun bagus karena tidak terlalu banyak menyerap zat kimia, unsur hara di tanah semakin meningkat dan hasil panen organik bisa meningkat pesat.
Penggunaan pupuk kasgot sangat irit karena cukup 10% dari media tanam karena kalau 100% pupuk kasgot maka tanaman akan menjadi kerdil. Contoh penggunaan pupuk kasgot : 90% media tanah di campur dengan 10% kasgot. Jadi kita bisa menghemat banyak daripada penggunaan pupuk kimia (an organik). Dari budidaya magot ini kita bisa mendapatkan uang dari penjualan:
- Bubur sampah organik,
- Telur lalat bsf,
- Fresh Magot
- Pre Pupa
- Pupa
- Bekas Magot (Kasgot)
- Kitin
- Minyak Magot
- Tepung Magot
Pendampingan Budidaya Magot Lalat BSF
Kami yakin jika pemerintah daerah memberikan pendampingan penuh di setiap tempat pengolahan sampah terpadu, maka sampah organik yang menimbulkan bau bisa diatasi dan bisa menjadi sebuah peluang ekonomi. Gerakan budidaya lalat BSF penghasil magot ini harus kita dukung dan di kembangkan di semua desa-desa di seluruh indonesia. Jika pemerintah benar-benar serius memerangi sampah, sudah saatnya mendukung pegiat budidaya magot ini untuk terus tumbuh dan berkembang. Pegiat usaha budidaya magot perlu di dukung dan di koordinasikan sehingga masalah klasik dibidang manajemen pengelolaan sampah organik dan an organik bisa segera teratasi.