Akad Hiwalah dalam Ekonomi Syariah – Dalam Ekonomi Islam yang membahas mengenai semua bentuk, tindakan, dan perilaku ekonomi manusia. Mengenai proses hutang piutang islam telah mengaturnya dalam ilmu fiqh muamalah yang di bahas dalam Akad Hiwalah.
Akad Hiwalah merupakan akad pengalihan hak pembayaran atas hutang dari orang yang berhutang (pihak pertama) kepada orang yang tidak memiliki utang (pihak ketiga) untuk melunasi sejumlah dana yang disebut hutang dan di bayarkan kepada pemberi hutang (pihak kedua).
Akad Hiwalah dalam Ekonomi Syariah
Dalam proses akad hiwalah ini terjadi proses pemindahan beban hutang yang harus di bayarkan sejumlah besaran kewajiban hutang tersebut.
DASAR HUKUM HAWALAH. Di Indonesia, Penerapan Akad Hawalah diatur pelaksannya dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (MUI) Nomor 12/ DSN MUI / IV/ 2000 Mengenai Akad Hawalah.
RUKUN DAN SYARAT-SYARAT DALAM HAWALAH. Dalam proses pelaksanaanya Akad Hiwalah memiliki ketentuan –ketentuan Rukun Akad Hiwalah dan Syarat dalam akad hiwalah .
Rukun Akad Hiwalah :
- Muhil : Orang yang memindahkan utang.
- Muhal : Orang yang memberikan utang.
- Muhal Alaih : Orang yang melunasi atas pemberian hutang
- Shighat : Perjanjian (Ijab dan Qabul).
Syarat – Syarat dalam Prosesi Akad Hawalah (Dalam Proses Pemindahan Hutang).
1. Kerelaanya antara pihak yang saling memindahkan utang baik dari pihak yang memindahkan atas hutang dan pihak yang di bebankan atas utang tersebut untuk membayarkan hutang nya. Penerapan mengenai hal ini telah dijelaskan Rasulullah SAW telah menyebutkan kedua belah pihak.
Karenanya muhil ( orang yang memiliki utang ) yang berhutang berkewajiban membayar hutang dari arah mana saja yang sesuai dengan proses yang akan di lakukan. Pada posisi Muhal Alaih menjadi pihak yang akan menerima pembayaran yang akan dibayarkan oleh pihak yang di tunjuk untuk melunasi hutang tersebut.
2. Pada proses Akad Hiwalah ini dari pihak pihak yang saling berkaitan utang piutang akan memilki kedua hak yang memiliki posisi nya dalam proses pelunasan hutang tersebut. Proses penyelesaian pembayaran yang akan di lakukan oleh pihak yang di bebankan atas hutang tersebut akan di lakukan dengan metode yang akan disepakati.
Dalam hal jangka waktu tempo waktu akan di tentukan sebagai batas periode pembayaran. Untuk hal terkait dengan pelunasan harus sesuai dengan jenis yang sama. Misalnya dalam proses hutang emas, maka akan di lunasi dengan emas yang senilai.
3. Stabilnya nilai hutang yang hutangkan. Misalnya, Jika proses akad hiwalah itu kepada pegawai yang gajinya belum lagi dibayarkan, maka hiwalah tersebut tidak sah.
4. Kedua hak tersebut diketahui dengan jelas dari pihak yang terkait. Apabila hiwalah berjalan sesuai dengan proses dan sistem pembayaran, ketika proses pembayaran selesai maka proses hutang piutang akan selesai.
Ketentuan Fatwa Dwan Syariah Nasional (DSN MUI) Nomor 12/DSN MUI/IV/2000 Mengenai Hiwalah :
- Dalam proses hutang-piutang disepakati pihak-pihak yang saling terkait baik muhil, muhal dan muhal alaih.
- Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh pihak menunjukan kehendak dalam mengadakan kontrak akad hiwalah.
- Akad dituangkan dalam sebuah perjanjian tertulis dari pihak yang saling berkaitan.
- Ketentuan dan syarat yang terdapat pada Hiwalah berdasarkan persetujuan muhil, muhal, dan muhal alaih.
- Kedudukan dan kewajiban dari masing-masing pihak yang terkait dalam hiwalah dinyatakan dalam akad hiwalah diawal kesepakatan.
Ketentuan Khusus dalam Akad Hiwalah : Jika dalam proses pelaksanaan akad hiwalah terdapat kesalahfahaman diantara pihak yang saling terkait maka , upaya yang dapat dilakukan dalam penyelesaian permasalahan tersebut melalui Badan Arbitrase Syariah jika tidak terjadi kesepkatan melalui musyawarah yang dilakukan bersama masing-msing pihak.
Pembagian Hiwalah.
Dalam konteks fiqh muamalh, Akad Hiwalah ini terdiri atas dua macam, yaitu Akad Hawalah muqayyadah dan hawalah muthlaqah. Hiwalah muqayyadah merupakan akad hawalah di mana muhil adalah orang yang berutang dan memiliki piutang kepada muhal alaih.
Sedangkan yang dimaksud dengan Hawalah muthlaqah merupakan hawalah di mana muhil adalah orang yang berutang akan tetapi tidak memiliki piutang kepada muhal alaih. Selain kedua macam akad hiwalah dikenal pula dengan akad hiwalah bil ujrah.
Hawalah Bil Ujroh merupakan penagihan utang kepada orang yang tidak memiliki piutang kepada orang tersebut dengan memberikan keuntungan atas pekerjaan yang telah di lakukan.
Jenis-jenis Akad Hawalah
1. Hawalah Muthlaqoh. Hawalah muthlaqoh dapat diterpakan ketika orang yang berhutang mengalihkan kewajiban pembayaran hutangnya kepada pihak ketiga tanpa di ketahui terdapatnya hutang pihak ketiga dengan orang yang memberi hutang tersebut.Dalam proses ini mengandung jenis akad Hawalah Mutlaqoh.
2. Hawalah Al -Haq. Jenis kedua dalam akad hiwalah adalah Hawalah Haq. Hiwalah Haq merupakan pemindahan piutang dari satu piutang kepada piutang lain dalam bentuk uang bukan dalam bentuk barang.
Dalam hal ini yang bertindak sebagai Muhil ialah pihak yang pemberi utang dan ia mengalihkan hak nya atas hutang kepada pemberi hutang yang lain, sedangkan untuk orang yang berhutang tetap sama.
Dalam akad hiwalah seorang muhil ( Pihak yang memindahkan atas penagihan utang dari pemilik hutang ) di Syaratkan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Memiliki kemampuan untuk melakukan akad (transaksi), berakal dan sudah baligh.
2. Adanya kerelaan dari muhil.
Sedangkan Muhal ( Orang yang memberikan hutang ) harus memiliki syarat syarat sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan atas kontrak hutang tersebut, berakal dan baligh.
2. Adanya kerelaan dari muhal.
3. Bersedia menerima adanya peralihan penagihan hutang dari akad hiwalah.
Untuk Muhal alaih (Orang yang mendapatkan pemindahan pembayaran hutang) memiliki syarat sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan untuk melakukan akad proses tranksaksi dari hutang tersebut, berakal dan baligh.
2. Adanya kerelaan muhal alaih dalam proses pembayaran hutang.
3. Bersedia menerima perpindahan hak untuk pembayaran hutang.
Muhal bih ( Hutang ) harus memiliki syarat yaitu:
1. Berupa Hutang yang menjadi tanggungan dari muhil ke muhal
2. Berbentuk hutang nyata, artinya bahwa utang tersebut bisa dihapuskan dengan pelunasan atau penghapusan.
Berakhirnya Akad Hiwalah
Akad Hawalah dapat berakhir, jika dalam proses nya pihak pihak yang berhawalah tersebut telah melakukan proses hawalah secara selesai baik dari pihak muhil, muhal, dan muhal alaih. Sebagai berikut:
1. Salah satu pihak yang bertranksaski dalam akad hawalah melakukan pembatalkan akad hiwalah sebelum akad itu berlaku dan terlaksana.
2. Muhal melunasi utang yang di alihkan kepada muhal alaih.
3. Muhal meninggal dunia, dan muhal alaih merupakan ahli waris yang dapat mewarisi harta muhal.
4. Muhal alaih menghibahkan atau menyedekahkan harta yang merupakan utang dalam akad hiwalah tersebut kepada muhal.
5. Muhal membebaskan muhal alayh dari kewajibannya untuk membayar utang yang dialihkan tersebut.
Akad Hiwalah termasuk dalam jenis akad Tabbaru. Akad hiwalah meruapakan akad tolong menolong dari beberapa pihak. Pihak yang memiliki hutang kepada pemilik atas piutang meminta bantuan kepada pihak lain dalam proses pembaran pelunasan hutang.
Pada proses nya hiwalah berlaku pada proses pemindahan atas hutang piutang dari pihak pertama (pemilik utang) kepada pihak yang memayarkan hutang.