Hak Asuh Anak Perkawinan Campuran di Indonesia

Abdul Fardi

Updated on:

Hak Asuh Anak Perkawinan Campuran di Indonesia
Direktur Utama Jangkar Goups

Hak Asuh Anak dalam Perkawinan Campuran

Hak Asuh Anak Perkawinan Campuran – Perkawinan campuran, yang dalam konteks Indonesia merujuk pada perkawinan antara warga negara Indonesia (WNI) dengan warga negara asing (WNA), menimbulkan dinamika tersendiri, khususnya terkait hak asuh anak jika terjadi perpisahan. Artikel ini akan membahas regulasi dan praktik terkait hak asuh anak dalam konteks perkawinan campuran di Indonesia, mencakup dasar hukum, perbedaan regulasi dengan perkawinan sejenis, serta contoh kasus yang relevan. Perjanjian Pra Nikah Isinya Apa Saja?

Definisi Perkawinan Campuran dan Dasar Hukumnya

Perkawinan campuran di Indonesia didefinisikan sebagai ikatan perkawinan yang sah secara hukum antara seorang WNI dan seorang WNA, yang tercatat dan diakui oleh negara. Dasar hukum yang mengatur perkawinan campuran dan hak asuh anak di dalamnya adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, beserta peraturan pelaksanaannya. Selain itu, hukum internasional dan perjanjian bilateral antara Indonesia dengan negara lain juga dapat berperan, khususnya dalam hal pengakuan putusan pengadilan asing terkait hak asuh anak.

DAFTAR ISI

Perbedaan Regulasi Hak Asuh Anak Antara Perkawinan Campuran dan Perkawinan Sejenis

Regulasi hak asuh anak dalam perkawinan campuran berbeda dengan perkawinan sejenis karena perkawinan sejenis belum diakui secara hukum di Indonesia. Dalam perkawinan campuran, hak asuh anak ditentukan berdasarkan hukum Indonesia, mempertimbangkan kepentingan terbaik anak. Sedangkan dalam konteks perkawinan sejenis, karena tidak diakui secara hukum, pengaturan hak asuh anak akan lebih kompleks dan bergantung pada interpretasi hukum yang berlaku dan kemungkinan besar diselesaikan melalui jalur adopsi atau pengadilan.

Jelajahi macam keuntungan dari Urutan Pernikahan Dalam Islam yang dapat mengubah cara Anda meninjau topik ini.

Perbandingan Regulasi Hak Asuh Anak di Beberapa Kota Besar di Indonesia

Penentuan hak asuh anak dalam perkawinan campuran dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebiasaan, adat istiadat, dan interpretasi hukum setempat. Meskipun demikian, dasar hukum utama tetap mengacu pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Berikut perbandingan gambaran umum di beberapa kota besar (perlu dicatat bahwa ini merupakan gambaran umum dan dapat bervariasi tergantung kasus spesifik):

Kota Dasar Hukum Kriteria Penentuan Hak Asuh
Jakarta UU No. 1 Tahun 1974, Peraturan Perundang-undangan Daerah yang Relevan Kepentingan terbaik anak, kemampuan ekonomi dan sosial orang tua, lingkungan tempat tinggal
Surabaya UU No. 1 Tahun 1974, Peraturan Perundang-undangan Daerah yang Relevan Kepentingan terbaik anak, kemampuan orang tua dalam mengasuh dan membesarkan anak, kesehatan mental dan fisik anak
Medan UU No. 1 Tahun 1974, Peraturan Perundang-undangan Daerah yang Relevan, Adat istiadat setempat (jika relevan) Kepentingan terbaik anak, adat istiadat setempat (jika relevan), kemampuan orang tua dalam memberikan pendidikan dan perawatan

Contoh Kasus Perkawinan Campuran yang Berujung pada Sengketa Hak Asuh Anak

Seorang wanita Indonesia menikah dengan pria berkewarganegaraan Inggris. Setelah beberapa tahun menikah dan dikaruniai seorang anak, mereka bercerai. Terjadi sengketa hak asuh anak, di mana pihak ayah (WNA) menginginkan anaknya tinggal bersamanya di Inggris, sementara pihak ibu (WNI) ingin mempertahankan hak asuhnya di Indonesia. Kasus ini kemudian diselesaikan melalui jalur pengadilan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kemampuan ekonomi kedua orang tua, lingkungan tempat tinggal yang kondusif bagi perkembangan anak, serta keinginan dan kepentingan terbaik anak.

  Perkawinan Campuran Yang Dilaksanakan Di Luar Negeri 2 Panduan Lengkap

Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Penentuan Hak Asuh

Penentuan hak asuh anak dalam perkawinan campuran merupakan proses yang kompleks dan sensitif, membutuhkan pertimbangan matang dari pengadilan. Keputusan tersebut bertujuan untuk memastikan kesejahteraan dan kepentingan terbaik anak di atas segalanya. Berbagai faktor, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, akan dipertimbangkan secara menyeluruh untuk mencapai keputusan yang adil dan bijaksana.

Pelajari aspek vital yang membuat Persiapan Pernikahan Dalam 6 Bulan menjadi pilihan utama.

Usia Anak dan Kesejahteraan Anak

Usia anak merupakan faktor krusial. Anak yang lebih muda umumnya lebih rentan dan membutuhkan perawatan lebih intensif. Pengadilan akan mempertimbangkan kemampuan masing-masing orang tua dalam menyediakan lingkungan yang aman, stabil, dan mendukung perkembangan anak secara optimal. Kesejahteraan anak, baik secara fisik maupun psikologis, menjadi prioritas utama dalam penentuan hak asuh. Ini mencakup akses ke pendidikan yang layak, perawatan kesehatan yang memadai, dan lingkungan yang bebas dari kekerasan atau pelecehan.

Dampak Perbedaan Agama dan Budaya

Perbedaan agama dan budaya antara orang tua dalam perkawinan campuran dapat menimbulkan tantangan dalam penentuan hak asuh. Pengadilan akan berusaha untuk menemukan solusi yang menghormati keyakinan dan latar belakang budaya masing-masing orang tua, namun tetap mengutamakan kepentingan terbaik anak. Misalnya, pengadilan mungkin akan mempertimbangkan akses anak pada praktik keagamaan tertentu atau pemeliharaan tradisi budaya keluarga. Namun, hal ini akan selalu dipertimbangkan dengan cermat, memastikan tidak merugikan perkembangan dan kesejahteraan anak.

Peran Kesejahteraan Ekonomi Orang Tua

Stabilitas ekonomi orang tua juga menjadi pertimbangan penting. Pengadilan akan menilai kemampuan masing-masing orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Kemampuan menyediakan lingkungan yang layak secara ekonomi akan menjadi faktor penentu dalam memastikan anak mendapatkan kehidupan yang nyaman dan tercukupi. Namun, kemampuan ekonomi bukanlah satu-satunya faktor penentu, dan akan dipertimbangkan secara seimbang dengan faktor-faktor lainnya.

Kepentingan terbaik anak harus menjadi pertimbangan utama dalam setiap keputusan yang berkaitan dengan hak asuh. Keputusan tersebut harus didasarkan pada penilaian komprehensif terhadap semua faktor yang relevan, dengan fokus pada kesejahteraan, perkembangan, dan masa depan anak.

Faktor Psikologis Anak

Pengadilan akan mempertimbangkan ikatan emosional anak dengan masing-masing orang tua. Preferensi anak, terutama pada anak yang telah cukup umur untuk menyatakan pendapatnya, akan didengarkan dan dipertimbangkan. Namun, pendapat anak bukanlah satu-satunya faktor penentu, dan akan dipertimbangkan secara hati-hati bersama dengan faktor-faktor lain yang relevan. Aspek psikologis anak, seperti tingkat stres, adaptasi, dan stabilitas emosional, akan dianalisis untuk menentukan lingkungan mana yang paling kondusif bagi perkembangannya. Konsultasi dengan ahli psikologi anak mungkin diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai kondisi psikologis anak.

Prosedur Hukum dan Proses Peradilan Sengketa Hak Asuh Anak Perkawinan Campuran

Sengketa hak asuh anak dalam konteks perkawinan campuran memiliki kompleksitas tersendiri, melibatkan hukum dan norma yang mungkin berbeda antara negara asal kedua orang tua. Pemahaman yang baik tentang prosedur hukum dan proses peradilan sangat krusial bagi kedua belah pihak untuk mencapai penyelesaian yang adil dan terbaik bagi kepentingan anak.

Langkah-Langkah Hukum dalam Sengketa Hak Asuh Anak

Langkah-langkah hukum yang ditempuh dalam sengketa hak asuh anak dalam perkawinan campuran umumnya dimulai dengan upaya mediasi dan konsiliasi. Jika upaya tersebut gagal, maka akan berlanjut ke jalur peradilan. Proses ini dapat bervariasi tergantung pada yurisdiksi yang berlaku, yaitu negara tempat permohonan diajukan. Secara umum, meliputi konsultasi hukum, penyiapan dokumen, pengajuan gugatan, proses persidangan, dan putusan pengadilan. Penting untuk mendapatkan bantuan hukum dari pengacara yang berpengalaman dalam hukum keluarga internasional.

Peran Mediator dan Konselor

Mediator dan konselor berperan penting dalam membantu kedua orang tua mencapai kesepakatan bersama mengenai hak asuh anak. Mediator memfasilitasi komunikasi dan negosiasi, membantu kedua pihak menemukan solusi yang saling menguntungkan. Sementara itu, konselor memberikan dukungan psikologis dan membantu orang tua memahami dampak perpisahan terhadap anak. Kehadiran mereka bertujuan untuk meminimalisir konflik dan memastikan kesejahteraan anak tetap menjadi prioritas utama.

Dapatkan seluruh yang diperlukan Anda ketahui mengenai Foto Ukuran Nikah Foto Yang Sesuai Dengan Ukuran Dan Aturan di halaman ini.

Alur Proses Peradilan Sengketa Hak Asuh Anak

  1. Pengajuan Gugatan: Salah satu orang tua mengajukan gugatan ke pengadilan yang berwenang, biasanya pengadilan negeri di wilayah tempat tinggal anak atau salah satu orang tua.
  2. Proses Persidangan: Pengadilan akan memanggil kedua belah pihak untuk memberikan keterangan dan bukti. Proses ini dapat melibatkan pemeriksaan saksi, ahli, dan dokumen.
  3. Putusan Pengadilan: Setelah mempertimbangkan semua bukti dan keterangan, pengadilan akan mengeluarkan putusan yang menentukan hak asuh anak, termasuk hak akses dan kewajiban finansial masing-masing orang tua.
  Nikah Gereja Tanpa Catatan Sipil Hukum dan Dampaknya

Dokumen Penting dalam Proses Peradilan

  • Akta kelahiran anak
  • Akta nikah atau surat cerai
  • Bukti identitas kedua orang tua
  • Bukti alamat tinggal kedua orang tua
  • Surat keterangan penghasilan
  • Bukti-bukti lain yang relevan, misalnya laporan dari konselor atau psikolog anak

Potensi Hambatan dan Tantangan serta Solusi

Proses hukum sengketa hak asuh anak dalam perkawinan campuran dapat menghadapi berbagai hambatan, seperti perbedaan hukum antar negara, kesulitan dalam pengumpulan bukti, dan perbedaan bahasa. Untuk mengatasi hal ini, penting untuk mendapatkan bantuan hukum yang profesional dan memahami hukum yang berlaku di masing-masing negara yang terlibat. Kerjasama internasional antar lembaga hukum juga dapat menjadi solusi untuk mempermudah proses peradilan dan memastikan putusan yang adil.

Peran Lembaga dan Organisasi Pendukung: Hak Asuh Anak Perkawinan Campuran

Sengketa hak asuh anak dalam konteks perkawinan campuran seringkali kompleks dan membutuhkan dukungan dari berbagai lembaga dan organisasi. Akses terhadap bantuan hukum, konseling, dan informasi yang tepat sangat krusial bagi kesejahteraan anak dan orang tua yang terlibat. Pemerintah juga memiliki peran penting dalam memastikan perlindungan hak-hak anak di tengah keragaman latar belakang keluarga.

Lembaga dan Organisasi yang Memberikan Bantuan Hukum dan Dukungan

Beberapa lembaga dan organisasi masyarakat sipil di Indonesia aktif memberikan bantuan hukum dan dukungan kepada pihak yang terlibat dalam sengketa hak asuh anak, termasuk dalam kasus perkawinan campuran. Bantuan ini dapat berupa konsultasi hukum gratis, pendampingan dalam proses hukum, dan advokasi untuk memastikan hak-hak anak terpenuhi. Contohnya, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di berbagai daerah, organisasi perlindungan anak seperti Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), dan beberapa yayasan yang fokus pada isu perempuan dan anak seringkali menyediakan layanan ini. Sayangnya, aksesibilitas dan jangkauan layanan ini masih perlu ditingkatkan, terutama di daerah-daerah terpencil.

Peran Pemerintah dalam Melindungi Hak-Hak Anak, Hak Asuh Anak Perkawinan Campuran

Pemerintah Indonesia memiliki kewajiban konstitusional untuk melindungi hak-hak anak, tanpa memandang latar belakang etnis atau agama orang tuanya. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dan berbagai peraturan perundang-undangan lainnya. Peran pemerintah meliputi penyediaan akses keadilan yang setara, penegakan hukum yang efektif terhadap pelanggaran hak anak, dan pengembangan kebijakan yang melindungi kepentingan terbaik anak dalam setiap situasi, termasuk dalam perkawinan campuran. Selain itu, pemerintah juga berperan dalam sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai hak-hak anak.

Cek bagaimana Perkawinan Campuran Termasuk Asimilasi Atau Akulturasi bisa membantu kinerja dalam area Anda.

Layanan Konseling dan Dukungan Psikologis

Sengketa hak asuh anak dapat menimbulkan dampak psikologis yang signifikan bagi anak dan orang tua. Oleh karena itu, akses terhadap layanan konseling dan dukungan psikologis sangat penting. Layanan ini dapat membantu anak untuk mengatasi trauma, kecemasan, dan stres yang mungkin dialaminya. Bagi orang tua, konseling dapat membantu mereka dalam mengelola emosi, mengambil keputusan yang tepat, dan membangun komunikasi yang sehat. Beberapa rumah sakit, klinik psikologi, dan organisasi sosial menyediakan layanan ini, meskipun ketersediaan dan aksesibilitasnya masih perlu ditingkatkan.

Dapatkan seluruh yang diperlukan Anda ketahui mengenai Halangan Halangan Nikah Dalam Gereja Katolik di halaman ini.

Sumber Daya dan Referensi

Informasi dan dukungan untuk mengatasi sengketa hak asuh anak dapat diperoleh dari berbagai sumber. Berikut beberapa contoh sumber daya yang dapat diakses masyarakat:

  • Website resmi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA)
  • Website resmi Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA)
  • Website Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di berbagai daerah
  • Organisasi perlindungan anak dan perempuan di daerah masing-masing
  • Buku dan artikel ilmiah tentang hak asuh anak dan perkawinan campuran

Program Edukasi Publik

Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai hak asuh anak dalam konteks perkawinan campuran sangat penting untuk mencegah konflik dan memastikan perlindungan terbaik bagi anak. Program edukasi publik dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti seminar, workshop, sosialisasi di sekolah dan komunitas, serta kampanye media massa. Materi edukasi perlu mencakup pemahaman tentang hukum yang berlaku, proses hukum yang terkait dengan hak asuh anak, dan pentingnya kesejahteraan psikologis anak dalam setiap situasi. Kerja sama antara pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan media massa sangat penting untuk keberhasilan program ini.

  Perbedaan Nikah Siri Dan Nikah Negara di Indonesia

Perkembangan Hukum dan Isu Kontemporer Hak Asuh Anak Perkawinan Campuran

Regulasi hak asuh anak dalam perkawinan campuran di Indonesia terus mengalami perkembangan seiring dinamika sosial dan globalisasi. Perubahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pergeseran nilai sosial, peningkatan mobilitas penduduk, dan pengaruh hukum internasional. Pemahaman yang komprehensif mengenai perkembangan ini penting untuk memastikan perlindungan optimal bagi hak-hak anak dalam konteks keluarga lintas budaya.

Perkembangan Regulasi Hak Asuh Anak

Perkembangan terbaru dalam regulasi hak asuh anak di Indonesia, khususnya dalam konteks perkawinan campuran, menunjukkan kecenderungan menuju penegasan prinsip kepentingan terbaik anak. Meskipun Undang-Undang Perkawinan masih menjadi rujukan utama, interpretasi dan implementasinya terus berevolusi melalui putusan pengadilan dan interpretasi hukum yang mempertimbangkan konvensi internasional dan perkembangan hukum anak.

Isu Kontemporer: Hak Kunjung dan Adopsi

Hak kunjung bagi salah satu orang tua setelah perpisahan dalam perkawinan campuran seringkali menjadi isu yang kompleks. Perbedaan budaya dan geografis dapat mempersulit pengaturan hak kunjung yang adil dan memastikan kepentingan terbaik anak tetap terjaga. Begitu pula dengan adopsi, prosesnya dapat lebih rumit dalam konteks perkawinan campuran, melibatkan pertimbangan hukum internasional dan prosedur yang lebih ketat.

  • Pengaturan hak kunjung seringkali melibatkan negosiasi dan mediasi untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
  • Proses adopsi anak dalam perkawinan campuran membutuhkan kerja sama antar lembaga hukum dan otoritas di negara yang terlibat.

Dampak Globalisasi dan Migrasi

Globalisasi dan migrasi telah meningkatkan jumlah perkawinan campuran, sekaligus memunculkan tantangan baru dalam penegakan hukum hak asuh anak. Perbedaan sistem hukum antar negara, pengakuan atas dokumen hukum asing, dan penegakan putusan pengadilan internasional menjadi isu penting yang perlu diatasi.

Ilustrasi Dampak Perubahan Sosial

Perubahan sosial, seperti meningkatnya kesadaran akan kesetaraan gender dan hak-hak anak, mempengaruhi cara pengadilan menafsirkan dan menerapkan hukum hak asuh anak. Contohnya, pengadilan semakin mempertimbangkan kemampuan orang tua dalam memberikan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak, terlepas dari gender atau latar belakang budaya.

Ilustrasi: Sebelumnya, hak asuh anak cenderung diberikan kepada pihak ayah dalam perkawinan campuran karena faktor budaya patriarki. Namun, seiring perubahan sosial, pengadilan semakin mempertimbangkan kemampuan dan kesiapan kedua orang tua dalam memberikan perawatan dan pendidikan anak, tanpa terpaku pada gender.

Tantangan dan Peluang Reformasi Hukum

Reformasi hukum yang berkaitan dengan hak asuh anak dalam perkawinan campuran menghadapi tantangan dalam harmonisasi hukum nasional dengan hukum internasional, serta penyediaan akses keadilan yang setara bagi semua pihak. Namun, reformasi ini juga menawarkan peluang untuk menciptakan sistem hukum yang lebih adil, efisien, dan responsif terhadap kebutuhan anak dalam konteks keluarga lintas budaya.

  • Peningkatan kerjasama antar lembaga hukum internasional untuk mempermudah pengakuan dan penegakan putusan pengadilan.
  • Penyediaan layanan dukungan dan informasi bagi orang tua dalam perkawinan campuran mengenai hak dan kewajiban mereka.
  • Pengembangan mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif dan efisien, seperti mediasi dan arbitrase.

Pertanyaan Umum Seputar Hak Asuh Anak Perkawinan Campuran

Perkawinan campuran, di mana pasangan memiliki latar belakang agama atau kebudayaan yang berbeda, seringkali menimbulkan pertanyaan seputar hak asuh anak jika terjadi perpisahan. Pemahaman yang tepat mengenai hukum dan prosedur yang berlaku sangat penting untuk memastikan kesejahteraan anak. Berikut beberapa pertanyaan umum dan jawabannya.

Penentuan Hak Asuh Jika Orang Tua Berbeda Agama

Penentuan hak asuh anak dalam perkawinan campuran di mana orang tua menganut agama berbeda didasarkan pada kepentingan terbaik anak. Pengadilan akan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk agama yang dianut anak (jika sudah cukup umur untuk menyatakan pilihannya), lingkungan tempat anak dibesarkan, kemampuan ekonomi dan emosional kedua orang tua dalam membesarkan anak, serta rekam jejak orang tua dalam mengasuh anak. Tidak ada aturan baku yang menentukan agama mana yang diprioritaskan; keputusan sepenuhnya bergantung pada penilaian hakim berdasarkan bukti-bukti yang diajukan. Prosesnya menekankan pada kesejahteraan anak, bukan pada dominasi agama tertentu.

Langkah-Langkah Mengatasi Perselisihan Hak Asuh Anak

Perselisihan hak asuh anak sebaiknya diselesaikan secara musyawarah dan kekeluargaan terlebih dahulu. Mediasi dengan bantuan mediator profesional dapat membantu kedua orang tua mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Jika musyawarah gagal, langkah selanjutnya adalah menempuh jalur hukum dengan mengajukan gugatan perwalian anak ke pengadilan.

  1. Mediasi: Upaya penyelesaian sengketa secara damai dengan bantuan mediator.
  2. Konsultasi Hukum: Mendapatkan nasihat hukum dari pengacara yang berpengalaman dalam kasus perwalian anak.
  3. Pengajuan Gugatan: Mengajukan gugatan perwalian anak ke pengadilan jika mediasi gagal.
  4. Proses Persidangan: Mengikuti proses persidangan dan memberikan bukti-bukti yang mendukung klaim masing-masing pihak.

Peran dan Wewenang Pengadilan dalam Menentukan Hak Asuh

Pengadilan memiliki peran vital dalam menentukan hak asuh anak dalam perkawinan campuran. Hakim akan bertindak sebagai penentu akhir, mempertimbangkan semua bukti dan kesaksian yang diajukan oleh kedua belah pihak. Wewenang pengadilan meliputi penetapan hak asuh, hak kunjung, dan kewajiban finansial kedua orang tua terhadap anak. Keputusan pengadilan didasarkan pada Undang-Undang Perkawinan dan peraturan perundang-undangan terkait serta memperhatikan kepentingan terbaik anak.

Hak-Hak Anak dalam Sengketa Hak Asuh

Dalam sengketa hak asuh, hak-hak anak harus menjadi prioritas utama. Anak berhak mendapatkan kasih sayang, perlindungan, pendidikan, dan pemeliharaan yang layak dari kedua orang tuanya, terlepas dari status perkawinan orang tuanya. Anak juga berhak untuk didengar pendapatnya, khususnya jika sudah cukup umur dan mampu memahami situasi. Hak-hak ini dijamin oleh Undang-Undang Perlindungan Anak.

  • Hak atas kasih sayang dan perlindungan dari kedua orang tua.
  • Hak atas pendidikan yang layak.
  • Hak atas pemeliharaan dan perawatan kesehatan.
  • Hak untuk didengar pendapatnya (jika sudah cukup umur).
  • Hak untuk terbebas dari kekerasan dan diskriminasi.

Lembaga dan Organisasi yang Memberikan Bantuan Hukum

Beberapa lembaga dan organisasi dapat memberikan bantuan hukum dalam kasus sengketa hak asuh anak, baik berupa konsultasi hukum gratis maupun pendampingan hukum. Lembaga bantuan hukum (LBH), organisasi perlindungan anak, dan advokat yang fokus pada kasus keluarga dapat menjadi pilihan. Sebaiknya lakukan riset untuk menemukan lembaga yang sesuai dengan kebutuhan dan lokasi Anda.

Abdul Fardi

penulis adalah ahli di bidang pengurusan jasa pembuatan visa dan paspor dari tahun 2020 dan sudah memiliki beberapa sertifikasi khusus untuk layanan jasa visa dan paspor