Jurnal Pembelian Barang Impor: Panduan Lengkap untuk Bisnis

Adi

Updated on:

Jurnal Pembelian Barang Impor
Direktur Utama Jangkar Goups

Jurnal Pembelian Barang Impor

Jurnal pembelian barang impor merupakan catatan akuntansi yang mencatat transaksi pembelian barang dari luar negeri oleh perusahaan atau bisnis. Proses ini penting untuk memastikan bahwa setiap langkah dalam impor barang, mulai dari pembelian hingga penerimaan, tercatat dengan baik dan sesuai dengan standar akuntansi. Dalam pembelian barang impor, selain harga barang, perusahaan juga harus memperhitungkan bea masuk, pajak, biaya pengiriman, asuransi, dan biaya lain yang terkait dengan proses impor.
Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana cara mencatat transaksi pembelian barang impor ke dalam jurnal akuntansi, komponen-komponen yang perlu di perhitungkan, serta bagaimana perusahaan dapat memastikan bahwa setiap transaksi tercatat dengan akurat dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Legalisir SKCK Kedutaan Turkmenistan dan Persyaratannya

 

Komponen dalam Jurnal Pembelian Barang Impor

 

Komponen dalam Jurnal Pembelian Barang Impor

Saat mencatat pembelian barang impor, ada beberapa komponen biaya yang harus di perhitungkan. Biaya ini bukan hanya mencakup harga barang itu sendiri, tetapi juga biaya tambahan yang terkait dengan proses impor. Berikut adalah beberapa komponen utama yang harus di catat dalam jurnal pembelian barang impor:

1. Harga (Cost of Goods)

Harga barang merupakan komponen utama dalam jurnal pembelian. Ini adalah nilai yang di bayar kepada pemasok luar negeri untuk mendapatkan barang tersebut. Harga barang biasanya tercantum dalam faktur komersial (commercial invoice) yang di terbitkan oleh penjual. Harga ini dapat bervariasi tergantung pada kesepakatan antara pembeli dan penjual, serta kondisi pasar global.

2. Biaya Pengiriman (Freight Costs)

Biaya pengiriman adalah biaya yang di kenakan untuk mengangkut barang dari negara asal ke Indonesia. Maka, Biaya ini bisa termasuk dalam harga barang (CIF – Cost, Insurance, Freight) atau terpisah jika harga barang yang di sepakati adalah FOB (Free on Board). Dalam kasus FOB, pembeli bertanggung jawab untuk membayar biaya pengiriman, dan biaya tersebut harus di catat dalam jurnal sebagai bagian dari total biaya pembelian barang impor.

  Jual Pakaian Bekas Impor: Tips dan Trik Berbelanja

3. Bea Masuk (Customs Duties)

Bea masuk adalah pungutan yang di kenakan oleh pemerintah atas barang impor. Tarif bea masuk bervariasi tergantung pada jenis barang yang di impor. Bea masuk di hitung berdasarkan nilai barang di tambah biaya pengiriman dan asuransi (CIF). Jumlah bea masuk harus di catat sebagai biaya tambahan dalam jurnal pembelian barang impor.

4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN Impor)

Setiap barang impor di kenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 11%. PPN ini di hitung berdasarkan nilai barang impor setelah di tambahkan dengan bea masuk. Pembayaran PPN impor harus di lakukan oleh importir saat barang masuk ke Indonesia, dan nilai PPN ini juga harus di catat dalam jurnal sebagai bagian dari biaya pembelian.

5. Biaya Asuransi (Insurance Costs)

Asuransi barang impor juga merupakan komponen biaya yang perlu di catat. Asuransi melindungi barang selama dalam perjalanan dari negara asal ke Indonesia. Jika harga barang sudah termasuk asuransi (CIF), biaya asuransi sudah termasuk dalam nilai faktur. Namun, jika tidak, biaya asuransi harus di tambahkan ke dalam jurnal sebagai komponen terpisah.

6. Biaya Lainnya (Miscellaneous Costs)

Selain komponen-komponen di atas, ada beberapa biaya lain yang mungkin timbul dalam proses impor, seperti biaya  penyimpanan di pelabuhan, biaya pemeriksaan bea cukai, atau biaya jasa pengurusan impor. Biaya-biaya ini juga harus di catat sebagai bagian dari total biaya pembelian barang impor.

  Indonesia Melakukan Kegiatan Import Karena

 

Cara Mencatat Beli Barang Import

Maka, Untuk mencatat pembelian barang impor dalam jurnal akuntansi, ada beberapa langkah yang harus di lakukan. Namun, Proses pencatatan ini melibatkan penghitungan semua biaya yang terkait dengan impor barang serta pencatatan akun-akun yang tepat dalam jurnal. Berikut adalah langkah-langkah yang harus di lakukan:

1. Mencatat Harga Barang

Pertama, Langkah pertama adalah mencatat harga barang yang di beli dari pemasok luar negeri. Harga ini akan di catat sebagai “Persediaan” atau “Barang dalam Proses” pada sisi debit dalam jurnal. Maka, Pada sisi kredit, catat akun “Hutang Dagang” atau “Kas” tergantung pada bagaimana pembayaran di lakukan.

2. Mencatat Biaya Pengiriman dan Asuransi

Kemudian, Biaya pengiriman dan asuransi juga harus di catat dalam jurnal sebagai tambahan pada “Persediaan” di sisi debit. Maka, Jika pengiriman dan asuransi di bayar secara terpisah, catat akun “Hutang Pengiriman” atau “Hutang Asuransi” di sisi kredit.

3. Mencatat Bea Masuk dan PPN Impor

Namun, Bea masuk dan PPN impor harus di catat sebagai biaya tambahan dalam jurnal. Maka, Bea masuk di catat sebagai “Persediaan” di sisi debit, sementara PPN impor di catat sebagai “PPN Masukan” pada akun debit. Pada sisi kredit, catat akun “Hutang Bea Cukai” untuk bea masuk dan “Hutang PPN” untuk pajak impor.

4. Mencatat Pembayaran Biaya Lainnya

Namun, Biaya lain yang timbul dalam proses impor, seperti biaya penyimpanan atau pemeriksaan bea cukai, harus di catat dalam jurnal sebagai tambahan pada akun “Persediaan” di sisi debit. Maka, Pada sisi kredit, catat akun “Hutang Lainnya” atau “Kas” tergantung pada bagaimana pembayaran di lakukan.

5. Mencatat Pembayaran Utang kepada Pemasok

Namun, Setelah semua biaya pembelian barang impor di catat, langkah terakhir adalah mencatat pembayaran utang kepada pemasok luar negeri. Maka, Jika pembayaran di lakukan melalui transfer bank, akun “Hutang Dagang” akan di debit, sementara akun “Kas” atau “Bank” akan di kredit untuk mencatat pengurangan kas perusahaan.

  Kacang Hijau Import - Mengenal Manfaat

 

Contoh Jurnal Barang Import

Maka, Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut adalah contoh pencatatan jurnal pembelian barang impor:
Misalkan PT ABC mengimpor barang dari Tiongkok senilai $10.000 dengan biaya pengiriman sebesar $500 dan biaya asuransi sebesar $100. Namun, Bea masuk yang di kenakan adalah 10%, dan PPN impor sebesar 11%. Transaksi di lakukan secara kredit, dan perusahaan membayar biaya pengiriman serta asuransi secara terpisah.
Maka, jurnal pembelian barang impor yang harus di catat adalah sebagai berikut:

1. Mencatat Harga Barang:

Persediaan (Debit): Rp 150.000.000
Hutang Dagang (Kredit): Rp 150.000.000

2. Mencatat Biaya Pengiriman dan Asuransi:

Persediaan (Debit): Rp 9.300.000
Hutang Pengiriman (Kredit): Rp 7.450.000
Hutang Asuransi (Kredit): Rp 1.850.000

3. Mencatat Bea Masuk:

Persediaan (Debit): Rp 12.000.000
Hutang Bea Cukai (Kredit): Rp 12.000.000

4. Mencatat PPN Impor:

PPN Masukan (Debit): Rp 16.500.000
Hutang PPN (Kredit): Rp 16.500.000

5. Mencatat Pembayaran Biaya Pengiriman dan Asuransi:

Hutang Pengiriman (Debit): Rp 7.450.000
Hutang Asuransi (Debit): Rp 1.850.000
Kas (Kredit): Rp 9.300.000

 

Jurnal Pembelian Barang Impor di Jangkar Groups

Maka, Jurnal pembelian barang impor merupakan bagian penting dari pencatatan akuntansi perusahaan yang terlibat dalam bisnis internasional. Namun, Dengan memahami cara mencatat setiap komponen biaya, perusahaan dapat memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan transaksi impor secara akurat. Selain itu, pencatatan yang benar juga membantu perusahaan mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia.

 

Jurnal Pembelian Barang Impor di Jangkar Groups

 

KUNJUNGI MEDIA SOSIAL KAMI

 

 

Email : [email protected]
Telp kantor : +622122008353 dan +622122986852
Pengaduan Pelanggan : +6287727688883
Google Maps : PT Jangkar Global Groups
Website : Jangkargroups.co.id

Adi

penulis adalah ahli di bidang pengurusan jasa pembuatan visa dan paspor dari tahun 2000 dan sudah memiliki beberapa sertifikasi khusus untuk layanan jasa visa dan paspor