Ekspor Batu Bara Tekanan Harga, Bea Keluar Dan Evaluasi HBA

Akhmad Fauzi

Updated on:

Ekspor Batu Bara Tekanan Harga, Bea Keluar Dan Evaluasi HBA
Direktur Utama Jangkar Goups

Indonesia telah lama di kenal sebagai raksasa dalam pasar komoditas global, terutama menempati posisi sentral sebagai eksportir batu bara termal terbesar di dunia. Dengan mengalokasikan sekitar 70 hingga 80 persen dari total produksi nasional untuk pasar internasional, sektor “emas hitam” ini telah menjadi salah satu penopang utama perekonomian dan penerimaan negara selama bertahun-tahun, memainkan peran krusial dalam memenuhi kebutuhan energi, khususnya di negara-negara berkembang Asia seperti Tiongkok dan India.

Namun, performa sektor ekspor batu bara Indonesia kini tengah menghadapi titik balik signifikan. Data terbaru mencatat adanya penurunan volume ekspor yang tajam pada paruh pertama tahun 2025, yang di proyeksikan akan berlanjut dan memangkas capaian ekspor tahunan. Penurunan ini tidak terjadi dalam ruang hampa, melainkan cerminan dari konvergensi dinamika pasar global dan kebijakan domestik. Di kancah global, permintaan dari pasar utama cenderung melemah akibat tingginya stok dan meningkatnya kompetisi dari pemasok lain seperti Rusia dan Australia, sementara isu transisi energi terus memberikan tekanan jangka panjang. Di dalam negeri, industri harus beradaptasi dengan tren Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang terus terkoreksi, serta wacana kebijakan seperti evaluasi HBA, kenaikan Domestic Market Obligation (DMO), hingga potensi pengenaan Bea Keluar (BK) ekspor.

Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengupas tuntas tren terkini, tantangan fundamental, dan prospek masa depan ekspor batu bara Indonesia. Analisis mendalam akan di fokuskan pada faktor-faktor pendorong pelemahan, strategi adaptif yang di ambil oleh pemerintah dan pelaku industri—termasuk upaya hilirisasi—serta bagaimana Indonesia dapat menavigasi pasar global yang semakin kompetitif dan bergerak menuju energi yang lebih bersih.

Ekspor Batu Bara

Tren dan Data Ekspor Terkini (Fokus Indonesia)

Ekspor batu bara Indonesia mengalami penurunan pada semester pertama tahun 2025, baik dari sisi nilai maupun volume, karena pasar global yang berlebihan pasokan dan peningkatan produksi batu bara di negara tujuan utama seperti Tiongkok dan India. Pemerintah juga berencana mengurangi produksi batu bara untuk 2026 demi mendongkrak harga, serta akan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan domestik (DMO).

Kinerja ekspor batu bara Indonesia pada tahun 2025 berada di bawah tekanan signifikan, di tandai oleh penurunan volume dan nilai yang tajam akibat pergeseran dinamika pasar global dan koreksi harga komoditas.

Pasar dan tujuan utama ekspor Batu bara

  • Pasar utama ekspor batu bara Indonesia secara historis adalah Tiongkok, India, Jepang, dan negara-negara di Asia Timur dan Tenggara.
  • Namun, pada tahun 2025 terjadi pergeseran permintaan, di mana Tiongkok dan India mengurangi impor mereka dari Indonesia.

Tren ekspor batu bara 2025

  1. Nilai ekspor: Turun 21,09% secara tahunan menjadi US$11,97 miliar pada semester pertama 2025.
  2. Volume ekspor: Turun 6,33% menjadi 184,19 juta ton pada semester pertama 2025.
  3. Harga rata-rata per ton: Menurun 15,86% menjadi US$64,99.
  4. Perkiraan total ekspor 2025: Target yang ditetapkan adalah 500 juta ton, lebih rendah dari realisasi 2024 yang mencapai 555 juta ton.

Penyebab penurunan:

  1. Kelebihan pasokan global: Terutama dari Tiongkok, India, dan Mongolia.
  2. Peningkatan produksi domestik di Tiongkok dan India: Mengurangi kebutuhan impor dari Indonesia.
  3. Dominasi ekspor ke Tiongkok: Mayoritas ekspor ke Tiongkok adalah batu bara dengan kalori rendah, sehingga menjadi tantangan jika kebijakan impor Tiongkok tidak berubah.
    Kebijakan pemerintah
  4. Pengurangan produksi: Pemerintah berencana memangkas produksi batu bara untuk 2026 demi mengendalikan harga pasar internasional.
  5. Peningkatan DMO: Ada rencana untuk meningkatkan porsi Domestic Market Obligation (DMO) atau pasokan untuk kebutuhan dalam negeri menjadi lebih dari 25%.
  6. Perubahan kebijakan RKAB: Pemerintah akan merevisi pengajuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dari tiga tahun menjadi satu tahun untuk menstabilkan harga.

Penurunan Volume dan Nilai Ekspor

Volume Ekspor (Semester I-2025):

  • Volume ekspor tercatat sebesar 185,98 juta ton sepanjang Januari-Juni 2025, menunjukkan koreksi volume sebesar 6,13% di bandingkan periode yang sama tahun 2024 (198,13 juta ton).
  • Penurunan ini berlawanan dengan pertumbuhan masif di tahun-tahun sebelumnya, menandakan perlambatan permintaan yang nyata.

Nilai Ekspor (Semester I-2025):

  • Penurunan nilai ekspor jauh lebih dalam. Nilai ekspor batu bara tercatat sebesar US$ 11,97 miliar pada Semester I-2025, yang merupakan penurunan drastis sebesar 21,09% secara tahunan (Year-on-Year).
  • Penurunan nilai yang lebih besar dari volume menunjukkan adanya tekanan harga jual yang sangat kuat di pasar internasional.

Koreksi Harga Batu Bara Acuan (HBA)

Harga batu bara global, termasuk Harga Batu Bara Acuan (HBA) Indonesia, terus mengalami koreksi tajam setelah mencapai puncaknya pada tahun 2022.

HBA Utama (6.322 GAR):

  • Tren HBA cenderung fluktuatif namun menurun. Pada periode II November 2025, HBA utama turun ke level US$ 102,03 per ton, lebih rendah dari periode I November (US$ 103,75 per ton) dan periode II Oktober 2025 (US$ 109,74 per ton).
  • Meskipun level ini masih di atas titik terendah beberapa tahun lalu, harga ini di anggap mendekati Harga Pokok Produksi (HPP) bagi banyak perusahaan, memaksa eksportir menahan penjualan untuk menghindari kerugian.

Indeks Lain: Koreksi juga terlihat pada indeks harga batu bara kualitas rendah hingga menengah. Indonesian Coal Index (ICI) 4.200 GAR tercatat anjlok, meskipun ada sedikit rebound tipis pada akhir Semester I-2025.

Negara Tujuan Utama dan Penyebab Pelemahan

Pelemahan ekspor ini di dorong oleh situasi di negara-negara tujuan utama Indonesia:

  1. Tiongkok dan India (Pasar Dominan): Kedua negara ini masih menjadi tujuan utama ekspor, tetapi justru menjadi sumber utama masalah.
  2. Peningkatan Produksi Domestik: Tiongkok dan India secara masif meningkatkan produksi batu bara domestik (misalnya, Tiongkok yang memproduksi sekitar 4 miliar ton per tahun) untuk ketahanan energi, secara otomatis mengurangi ketergantungan pada impor.
  3. Stok Tinggi: Stok batu bara di Tiongkok tetap tinggi pasca musim dingin/Imlek, yang biasanya menjadi periode di mana stok menurun.
  4. Kompetisi Harga: Indonesia menghadapi persaingan harga yang ketat dari batu bara Rusia (yang di jual dengan harga diskon) dan meningkatnya pasokan dari Australia (setelah hubungan dagang membaik).
  5. Pasar Sekunder: Impor dari negara-negara lain seperti Jepang dan Korea Selatan juga tercatat menurun signifikan di awal tahun 2025.
  6. Prospek ASEAN: Pemerintah melalui Kementerian ESDM mengakui bahwa perluasan pasar, terutama ke negara-negara ASEAN (seperti Filipina), sedang di jajaki sebagai upaya untuk menstabilkan kinerja ekspor di tengah kondisi pasar Asia Timur yang lesu.

Dampak dan tantangan

  1. Dampak ekonomi: Ekspor batu bara menjadi sumber devisa yang signifikan dan menyumbang sekitar 70% Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di sektor pertambangan. Namun, penurunan ekspor dan harga batu bara pada tahun 2025 menjadi tantangan bagi pemerintah dan pelaku industri.
  2. Dampak lingkungan: Pembakaran batu bara memiliki dampak negatif yang signifikan, seperti polusi udara, efek rumah kaca, dan pencemaran air. Hal ini juga berkontribusi terhadap pemanasan global.
  3. Tantangan pasar global: Pasar batu bara global saat ini mengalami kelebihan pasokan, menyebabkan penurunan harga. Selain itu, transisi global menuju energi terbarukan juga menjadi ancaman jangka panjang bagi industri batu bara.

Faktor Pendorong dan Penghambat (Tantangan)

Sektor ekspor batu bara Indonesia berada di persimpangan antara peluang yang di sajikan oleh kebutuhan energi Asia dan tantangan struktural akibat kebijakan iklim global dan persaingan harga.

Faktor Pendorong (Peluang)

Faktor-faktor ini menjadi alasan mengapa permintaan batu bara Indonesia, meskipun tertekan, tetap memiliki posisi penting:

Kebutuhan Energi Asia yang Masif:

Meskipun Tiongkok dan India meningkatkan produksi domestik, keduanya, bersama dengan negara ASEAN, masih menunjukkan permintaan energi yang terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan industri dan populasi. Batu bara tetap menjadi sumber energi termal yang paling murah dan terjangkau bagi negara-negara berkembang.

Keunggulan Geografis:

Indonesia memiliki lokasi yang sangat strategis dan efisien untuk rantai pasok (supply chain) ke seluruh pasar utama Asia Timur dan Asia Selatan, memberikan keunggulan logistik di bandingkan eksportir dari Amerika atau Eropa.

Peluang Hilirisasi:

Adanya dorongan pemerintah untuk hilirisasi batu bara (misalnya, menjadi Dimethyl Ether/DME atau gasifikasi) membuka potensi untuk menciptakan nilai tambah dari komoditas ini, sehingga tidak hanya bergantung pada harga mentah. Proyek-proyek seperti DME dapat menjadi jembatan menuju energi yang lebih bersih di masa transisi.

Faktor Penghambat (Tantangan)

Tantangan menjadi sorotan utama saat ini, baik dari aspek global maupun regulasi domestik:

Tantangan Global (Pelemahan Permintaan)

Transisi Energi dan Kebijakan Iklim: Tekanan global untuk dekarbonisasi dan transisi ke energi terbarukan terus meningkat. Meskipun negara-negara Asia masih mengandalkan batu bara, institusi keuangan internasional dan negara maju (Uni Eropa, AS) secara konsisten mengurangi pembiayaan dan impor batu bara, membatasi ruang gerak pasar. *

Kompetisi Harga yang Agresif:

  • Rusia: Negara ini menawarkan batu bara dengan harga diskon yang signifikan, terutama kepada Tiongkok dan India, sebagai upaya mengamankan pasar di tengah sanksi dari negara-negara Barat.
  • Australia: Normalisasi hubungan dagang antara Australia dan Tiongkok meningkatkan suplai batu bara berkualitas tinggi dari Australia, menambah persaingan.

Tingginya Produksi Domestik Importir Utama: Tiongkok dan India secara strategis berupaya mencapai ketahanan energi dengan memaksimalkan produksi batu bara domestik mereka, membuat volume impor secara keseluruhan cenderung menurun atau statis.

Tantangan Domestik (Regulasi dan Harga)

Kebijakan Harga Batu Bara Acuan (HBA):

Skema HBA, yang di tetapkan pemerintah sebagai acuan harga jual, seringkali kurang fleksibel atau tidak kompetitif dalam merespons dinamika harga global yang bergerak cepat. Harga patokan ini di nilai beberapa pihak membatasi kemampuan eksportir untuk menjual dengan harga lebih agresif demi memenangkan pasar.

Wacana Kenaikan DMO dan Harga DMO:

Kewajiban Pasokan Domestik (Domestic Market Obligation/DMO) menetapkan volume dan harga tertentu untuk pasokan ke PLN. Kenaikan persentase DMO (volume) dan harga DMO (yang umumnya di bawah harga pasar) menjadi beban operasional bagi penambang, karena mengurangi volume yang dapat di jual dengan harga ekspor yang lebih tinggi.

Rencana Pembatasan Produksi:

Pemerintah mewacanakan pengurangan target produksi tahunan (misalnya, di bawah 700 juta ton pada tahun 2026). Meskipun bertujuan untuk menyeimbangkan pasar dan mendorong kenaikan harga, hal ini berarti penurunan peluang pendapatan bagi banyak perusahaan tambang.

Isu Bea Keluar (BK) Ekspor:

Pemerintah masih menimbang untuk memberlakukan Bea Keluar terhadap ekspor batu bara. Jika di terapkan, kebijakan ini akan mengikis margin keuntungan eksportir secara signifikan, terutama di tengah HBA yang sudah tertekan mendekati HPP.

Dampak dan Proyeksi Masa Depan

Penurunan kinerja ekspor batu bara bukan sekadar masalah komoditas, melainkan isu makroekonomi yang mendalam. Bagian ini merinci dampak dari tren negatif tersebut dan menguraikan langkah-langkah strategis untuk menjamin keberlanjutan sektor di masa depan.

Dampak Ekonomi Nasional

Penerimaan Negara dan Devisa:

Penurunan tajam dalam nilai ekspor (hingga lebih dari 20% di Semester I 2025) secara langsung berdampak pada penerimaan negara dari sektor pertambangan, termasuk royalti dan pajak. Ini mengurangi ruang fiskal pemerintah dan berpotensi memengaruhi stabilitas neraca perdagangan, meskipun sektor ini tetap menjadi penyumbang devisa utama.

Efek Domino Sektor Terkait:

Pelemahan harga dan volume ekspor menekan margin keuntungan perusahaan tambang. Kondisi ini dapat menyebabkan pemangkasan biaya operasional, penundaan investasi pada proyek-proyek eksplorasi dan infrastruktur, serta berpotensi mengurangi lapangan kerja di daerah pertambangan.

Proyeksi Jangka Pendek (2026)

Tekanan Harga Berlanjut: Proyeksi menunjukkan bahwa harga batu bara akan tetap berada di bawah level supercycle tahun 2022. Koreksi harga di dorong oleh surplus pasokan global dan ketidakpastian permintaan dari Tiongkok.

Penurunan Target Produksi: Pemerintah secara serius mempertimbangkan memangkas target produksi nasional (misalnya, menjadi di bawah 700 juta ton pada 2026) sebagai upaya strategis untuk:

  1. Menjaga ketersediaan untuk kebutuhan domestik (DMO).
  2. Mengurangi suplai global untuk menciptakan efek penahan harga (price stabilization).
  3. Tantangan Hilirisasi: Meskipun hilirisasi menjadi tujuan jangka panjang. Proyek-proyek seperti gasifikasi dan pengolahan menjadi DME masih menghadapi tantangan keekonomian yang besar. Terutama jika harga gas dan energi terbarukan terus kompetitif.

Strategi Adaptasi dan Keberlanjutan

Untuk menghadapi tantangan ini dan menjamin relevansi industri di masa depan, di perlukan strategi adaptif yang komprehensif:

Regulasi yang Responsif

Evaluasi Ulang HBA dan DMO: Pemerintah perlu meninjau kembali formula penetapan HBA agar lebih fleksibel dan responsif terhadap pergerakan harga pasar global. Serta memastikan bahwa skema DMO tidak membebani industri secara berlebihan. Terutama saat harga ekspor rendah.

Kepastian Kebijakan: Keputusan mengenai Bea Keluar (BK) harus di dasarkan pada analisis mendalam. Mengenai dampak net terhadap daya saing dan penerimaan negara, bukan hanya sebagai respons atas fluktuasi harga.

Diversifikasi Pasar dan Kualitas

Mencari Pasar Baru: Fokus perlu di alihkan ke pasar-pasar dengan permintaan yang stabil atau tumbuh di luar Tiongkok dan India. Seperti negara-negara ASEAN (Filipina, Vietnam) dan pasar di Timur Tengah yang masih membangun infrastruktur energi.

Peningkatan Kualitas: Penambang di dorong untuk meningkatkan efisiensi operasional dan berfokus pada produksi batu bara berkualitas tinggi atau ultra-low emission. Untuk memenuhi standar lingkungan yang semakin ketat di negara-negara importir maju (misalnya, Jepang).

Transformasi dan Hilirisasi

Akselerasi Hilirisasi: Meskipun sulit, hilirisasi harus tetap di dorong sebagai strategi diversifikasi produk. Upaya ini melibatkan pembangunan infrastruktur dan insentif fiskal untuk menarik investasi ke proyek-proyek coal upgrading atau gasifikasi.

Penerapan Green Mining:

Menerapkan praktik penambangan yang berkelanjutan dan penggunaan teknologi bersih (clean coal technology) untuk mengurangi emisi. Sehingga dapat memenuhi tuntutan lingkungan global dan memperpanjang umur industri batu bara dalam konteks transisi energi.

Kesimpulan: Masa depan ekspor batu bara Indonesia tidak lagi berada di era windfall harga tinggi. Melainkan di era efisiensi, adaptasi, dan transformasi. Keberhasilan sektor ini akan sangat bergantung pada responsivitas kebijakan pemerintah dan kemampuan industri. Untuk menciptakan nilai tambah di tengah persaingan global yang semakin ketat.

Layanan Jasa Ekspor Batu Bara oleh Jangkargroups

Fokus utama layanan Jangkargroups adalah membantu eksportir/perusahaan tambang dalam menavigasi kompleksitas regulasi dan birokrasi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan ekspor batu bara secara legal dan lancar.

Konsultasi dan Pengurusan Izin Ekspor

Eksportir Terdaftar (ET) Batu Bara: Membantu pengusaha memenuhi dan mendapatkan status sebagai Eksportir Terdaftar Batu Bara, yang merupakan salah satu persyaratan utama dari Kementerian Perdagangan.

Persyaratan Dokumen: Memberikan panduan dan potensi pengurusan dokumen-dokumen vital, seperti:

  1. Izin Usaha Pertambangan (IUP) atau IUP Khusus (IUPK) yang valid.
  2. Pengurusan Izin Ekspor dari Kementerian terkait.
  3. Pengurusan Surat Keterangan Asal Barang (SKAB).
  4. Dokumen-dokumen teknis dan legalitas lain yang diperlukan (misalnya, Bill of Lading).

Panduan Tata Cara dan Prosedur

  • Kepastian Hukum dan Regulasi: Memberikan panduan rinci mengenai tata cara ekspor batu bara yang berlaku, termasuk prosedur yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM, Kementerian Perdagangan, dan Bea Cukai.
  • Kepatuhan: Memastikan perusahaan mematuhi standar kualitas batu bara yang ditetapkan pemerintah serta kewajiban domestik seperti Domestic Market Obligation (DMO).

Aspek Biaya dan Logistik Dokumen

  • Perhitungan Biaya: Memberikan panduan atau konsultasi mengenai perhitungan total biaya ekspor, yang meliputi biaya transportasi, administrasi, asuransi, pengujian kualitas, dan biaya kepatuhan lainnya.
  • Optimalisasi Proses: Membantu pengusaha untuk memahami dan mengoptimalkan proses dokumentasi agar pengiriman batu bara dari tambang ke pelabuhan hingga negara tujuan berjalan efisien.

Jangkargroups beroperasi sebagai konsultan hukum dan perizinan perdagangan/imigrasi. Meskipun mereka menyediakan panduan komprehensif tentang tata cara dan dokumen ekspor, fokus mereka adalah pada aspek non-logistik fisik (dokumentasi, perizinan, konsultasi regulasi), penyediaan kapal angkut atau layanan freight forwarding fisik batu bara itu sendiri.

Jika Anda adalah pengusaha yang bergerak di sektor batu bara dan membutuhkan bantuan dalam kepatuhan regulasi atau pengurusan dokumen ekspor, Anda dapat menghubungi mereka melalui informasi yang tersedia.

PT. Jangkar  Global Groups berdiri pada tanggal 22 mei 2008 dengan komitmen yang kuat dari karyawan dan kreativitas untuk menyediakan pelayanan terbaik, tercepat dan terpercaya kepada pelanggan.

YUK KONSULTASIKAN DULU KEBUTUHAN ANDA,
HUBUNGI KAMI UNTUK INFORMASI & PEMESANAN
KUNJUNGI MEDIA SOSIAL KAMI

 

 

Website: Jangkargroups.co.id
Telp kantor : +622122008353 dan +622122986852
Pengaduan Pelanggan : +6287727688883
Google Maps : PT Jangkar Global Groups

Akhmad Fauzi

Penulis adalah doktor ilmu hukum, magister ekonomi syariah, magister ilmu hukum dan ahli komputer. Ahli dibidang proses legalitas, visa, perkawinan campuran, digital marketing dan senang mengajarkan ilmu kepada masyarakat