Ekspor adalah kegiatan mengirimkan barang atau jasa ke luar negeri. Dalam bisnis ekspor, terdapat bahasa khusus yang digunakan untuk memudahkan komunikasi antara eksportir dan importir. Salah satunya adalah kata baku yang harus digunakan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas dan tepat. Namun, masih banyak eksportir yang salah menggunakan kata tidak baku dalam proses ekspor. Padahal, penggunaan kata tidak baku bisa menimbulkan kesalahan interpretasi dan mempengaruhi efektivitas bisnis ekspor. Berikut adalah penjelasan mengenai kata tidak baku dalam ekspor beserta contohnya.
Pengertian Kata Tidak Baku
Kata tidak baku adalah kata yang tidak umum digunakan secara luas dalam bahasa Indonesia. Kata ini biasanya hanya digunakan dalam lingkup tertentu atau hanya dikenal oleh sebagian orang saja. Penggunaan kata tidak baku dalam bisnis ekspor bisa menimbulkan kesalahan interpretasi atau bahkan menyebabkan kerugian finansial.
Contoh Kata Tidak Baku dalam Ekspor
Berikut adalah contoh kata tidak baku yang sering digunakan dalam bisnis ekspor:
1. Tanda Terima
Sebagai ganti istilah “tanda terima”, seringkali dalam bisnis ekspor digunakan kata “stempel”. Padahal, keduanya memiliki arti yang berbeda. Tanda terima adalah bukti bahwa barang telah diterima oleh penerima, sedangkan stempel adalah alat untuk mencetak tanda resmi.
2. Surat Keterangan Asal
Surat keterangan asal adalah dokumen yang menyatakan asal barang yang dikirimkan. Namun, seringkali dalam bisnis ekspor, kata tidak baku “SKA” digunakan sebagai ganti dari surat keterangan asal. Penggunaan kata tersebut kurang tepat karena SKA sebenarnya merupakan singkatan dari Surat Keterangan Ahli (dalam bidang tertentu).
3. Loading
Sebagai ganti kata “pemuatan”, seringkali dalam bisnis ekspor digunakan kata “loading”. Padahal, kata “loading” lebih tepat digunakan sebagai proses memasukkan barang ke dalam kapal atau kendaraan pengangkut.
4. Port of Loading
Sebagai ganti istilah “pelabuhan keberangkatan”, seringkali dalam bisnis ekspor digunakan kata “port of loading”. Padahal, kata tersebut kurang tepat karena “port of loading” sebenarnya merujuk pada pelabuhan di mana barang dimuat ke kapal atau kendaraan pengangkut.
5. Port of Discharge
Sebagai ganti istilah “pelabuhan tujuan”, seringkali dalam bisnis ekspor digunakan kata “port of discharge”. Padahal, kata tersebut kurang tepat karena “port of discharge” sebenarnya merujuk pada pelabuhan di mana barang akan diturunkan dari kapal atau kendaraan pengangkut.
Dampak Penggunaan Kata Tidak Baku dalam Ekspor
Penggunaan kata tidak baku dalam bisnis ekspor bisa menimbulkan dampak negatif, antara lain:
1. Kesalahan Interpretasi
Penggunaan kata tidak baku bisa menimbulkan kesalahan interpretasi atau pemahaman yang salah antara eksportir dan importir. Hal ini bisa menyebabkan kerugian finansial atau merugikan reputasi bisnis ekspor.
2. Keterlambatan Dokumen
Penggunaan kata tidak baku bisa memperlambat proses pengiriman barang karena importir memerlukan waktu untuk memahami arti kata tersebut. Hal ini bisa mempengaruhi waktu pengiriman dan membuat bisnis ekspor terganggu.
3. Tidak Profesional
Penggunaan kata tidak baku bisa membuat eksportir terlihat tidak profesional dan kurang serius dalam bisnis ekspor. Hal ini bisa mempengaruhi reputasi bisnis dan membuat pelanggan potensial enggan untuk berbisnis dengan eksportir tersebut.
Cara Menghindari Penggunaan Kata Tidak Baku dalam Ekspor
Agar terhindar dari penggunaan kata tidak baku dalam bisnis ekspor, sebaiknya eksportir melakukan hal-hal berikut:
1. Memperhatikan Istilah yang Digunakan
Sebelum berbisnis dengan importir, pastikan eksportir memahami dan menggunakan istilah yang tepat dan baku dalam bahasa Indonesia. Jika ragu, eksportir bisa meminta bantuan dari ahli bahasa atau pihak terkait.
2. Menyusun Kontrak dengan Jelas
Agar tidak terjadi kesalahpahaman, eksportir sebaiknya menyusun kontrak dengan jelas dan lengkap. Kontrak harus mencantumkan istilah yang tepat dan baku dalam bahasa Indonesia serta menjelaskan arti dari istilah tersebut.
3. Menjalin Komunikasi yang Baik dengan Importir
Agar proses bisnis ekspor berjalan lancar, eksportir sebaiknya menjalin komunikasi yang baik dengan importir. Eksportir harus memastikan bahwa pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas oleh importir dan meminta konfirmasi dari importir untuk menghindari kesalahan interpretasi.
Kesimpulan
Penggunaan kata tidak baku dalam bisnis ekspor bisa menimbulkan dampak negatif seperti kesalahan interpretasi, keterlambatan dokumen, dan kesan tidak profesional. Oleh karena itu, eksportir sebaiknya memperhatikan istilah yang digunakan, menyusun kontrak dengan jelas, dan menjalin komunikasi yang baik dengan importir untuk menghindari penggunaan kata tidak baku dalam bisnis ekspor.