Apa Itu Cbm Dalam Impor

Sebagian besar barang yang masuk ke Indonesia adalah melalui jalur impor. Sebelum barang tersebut dapat diimpor, ada beberapa hal yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah perhitungan volume barang yang hendak diimpor. Volume ini dihitung menggunakan satuan pengukuran khusus yang disebut dengan CBM (Cubic Meter). Lalu, apa itu CBM dalam impor?

Pengertian CBM

CBM adalah satuan volume yang digunakan dalam perdagangan internasional, termasuk dalam impor barang ke Indonesia. Sebagaimana namanya, satuan ini mengacu pada volume benda dalam meter kubik, yaitu volume yang diukur dengan panjang, lebar, dan tinggi dalam meter.

CBM digunakan untuk menghitung volume barang yang hendak diimpor. Volume barang ini kemudian digunakan untuk menentukan biaya pengiriman, baik melalui laut maupun udara. Semakin besar volume barang yang diimpor, maka semakin besar pula biaya pengiriman yang harus dikeluarkan.

Cara Menghitung CBM

Sebelum membahas cara menghitung CBM dalam impor, ada beberapa istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu. Pertama, ada istilah gross weight, yaitu berat kotor barang yang hendak diimpor. Kedua, ada istilah tare weight, yaitu berat kosong dari kemasan atau kontainer. Ketiga, ada istilah net weight, yaitu berat bersih barang yang hendak diimpor setelah dikurangi tare weight.

  Impor Gula Merah: Kegunaan, Manfaat dan Dampaknya Terhadap Kesehatan

Setelah memahami ketiga istilah tersebut, maka dapat dilakukan perhitungan CBM. Berikut adalah cara menghitungnya:

CBM = panjang x lebar x tinggi / 1,000,000

Contoh: Anda hendak mengimpor sebuah mesin dengan ukuran 2 meter x 1,5 meter x 1 meter. Berapa volume barang yang akan diimpor dalam satuan CBM?

CBM = 2 x 1,5 x 1 / 1,000,000 = 0,003 CBM

Keuntungan Menggunakan CBM dalam Impor

Menggunakan CBM dalam impor memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

1. Pembayaran yang jelas dan transparan. Dengan menghitung volume barang yang hendak diimpor menggunakan CBM, maka biaya pengiriman dapat dihitung dengan lebih jelas dan transparan. Hal ini meminimalisir adanya biaya tersembunyi atau tambahan yang muncul di kemudian hari.

2. Pembayaran yang lebih efisien. Dalam pengiriman barang, biaya pengiriman yang harus dibayar tidak hanya berdasarkan berat barang, melainkan juga volume barang. Dengan menggunakan CBM, maka pembayaran dapat dilakukan dengan lebih efisien karena biaya pengiriman dapat dihitung berdasarkan volume yang sebenarnya.

3. Penghematan biaya. Dalam beberapa kasus, penghitungan berdasarkan berat kotor (gross weight) dapat menimbulkan biaya pengiriman yang lebih tinggi daripada penghitungan berdasarkan volume menggunakan CBM. Hal ini disebabkan oleh kepadatan atau densitas barang yang hendak diimpor.

  Contoh Kegiatan Impor Di Indonesia

Perbedaan Antara CBM dengan Kubikasi

Seringkali, orang mengira bahwa CBM sama dengan kubikasi. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Kubikasi adalah istilah yang digunakan untuk menghitung volume barang dalam pengiriman domestik, yaitu pengiriman barang di dalam negeri. Sedangkan CBM adalah satuan volume yang digunakan dalam pengiriman internasional, khususnya impor barang ke Indonesia.

Perbedaan lainnya adalah dalam rumus perhitungan. Rumus perhitungan kubikasi adalah panjang x lebar x tinggi / 1,000, sedangkan rumus perhitungan CBM adalah panjang x lebar x tinggi / 1,000,000.

Kesimpulan

CBM adalah satuan volume yang digunakan dalam impor barang ke Indonesia. Satuan ini mengacu pada volume benda dalam meter kubik. CBM digunakan untuk menghitung volume barang yang hendak diimpor dan menentukan biaya pengiriman. Dalam perhitungan CBM, harus memahami istilah gross weight, tare weight, dan net weight. Menggunakan CBM dalam impor memiliki beberapa keuntungan, antara lain pembayaran yang jelas dan efisien, serta penghematan biaya. Perbedaan antara CBM dan kubikasi terletak pada penggunaannya dalam pengiriman domestik dan internasional, serta dalam rumus perhitungannya.

  Perusahaan Asuransi Ekspor Impor: Mendukung Bisnis Internasional Anda
admin